headline mata hatiku

02 January 2009

guru ikhlas. siapa takut...




kamis kemarin, ada sebuah catatan menarik dari mbak nana. sepupuku di nganjuk. katanya :: dik, harusnya guru negeri itu berpikirnya 24 jam::

::lho, kok...:: sergahku.

::iya. apalagi yang sudah menerima tunjangan profesional.:: jawabnya ringan.

::lho, kok...:: masih saja aku manyun.

::itu. jaman dulu waktu aku sekolah. sampeyan juga. sekolah es-de dulu. guru kalo punya murid sakit. lalu tidak masuk sampai dua hari. demikian juga yang bolos, pasti akan diusut.:: dia memasang muka serius. ::yang sakit pasti dibawakan buah tangan. entah dengan bantingan. atau malah uang dari guru itu sendiri. yang bolos, pasti dielus dan dibujuk untuk masuk. padahal guru jaman dulu itu, kebanyakan utun. penghasilannya ya cuma dari ngajar itu. kecuali guru desa. masih punya sawah. bayangkan! berapa sih gajinya guru es-de tahun delapan puluhan. coba dikurskanlah dengan guru, yang katanya profesional di jaman sekarang...!::

link

iya. aku juga berpikir demikian. sempat. dan seringkali. apalagi saat sekolah puteriku yang pertama. 'indy. tiba-tiba libur pada hari senin. yang nota bene bukan tanggal merah. atau hari libur yang diberitahukan dengan surat. sekolahnya di es-de-en bla-bla-bla. yang katanya muridnya memang pilihan. ibaratnya, murid tidak usah diajar sebulanpun tidak masalah. sebab 75% muridnya pada les. el-ka-es lengkap. buku panduan lengkap. ai-kyu di atas seratus. yang di atas seratus. hik...hik...hik... begitu kata guru es-de-en di sebelahnya.


apa jaman sekarang demikian. dan memang inilah sebagian wajah pendidikan di kota tercinta. ::maaf, bu guru ada seminar. maaf, pak guru ada rapat. maaf, mbak guru ada workshop. maaf, mas guru ada agustusan. maaf, budhe guru ada pemberkasan sertifikasi. maaf, pakdhe ada diklat sertifikasi. sebab portofolionya tidak lulus. maaf, ada-ada saja...::


terus mau berkata apa? toh memang demikian kenyataannya. dan itu ada. saya juga guru kok. tapi maaf, saya tidak punya en-i-ge-es-de. tidak punya en-u-pe-te-ka. tidak punya en-i-ka. tidak punya en-i-de-en. tidak punya en-i-pe. tidak punya... pokoknya tidak punyalah. tapi masih punya satu. dan tidak perlu singkatan. i-k-h-l-a-s. guru sepanjang waktu. guru sepanjang jaman. digaji bukan oleh negara. bukan oleh siapa-siapa.


digaji ALLOH Swt.


gemblug (begitu wong jogja berkata). edan (wong madiunan berkomentar). gendhenge puol (kata orang suroboyo). tapi demikianlah kenyataannya. mengajar di kelas. di tepi jalan. di kebun. di tambak. di mushola. di masjid. balai desa. balai-balai... tidak masalah. bahkan seingatku, pernah ngajar juga di atas bis, kereta api, kapal dan pesawat. eh, motor juga pernah kok.


::ndhobos je... bohong.:: demikian para ndoro berkomentar.

::biar...:: demikian jawabku dalam hati. dan masih saja kusematkan senyum pada mulutku. ::maaf, inilah cerita yang memang tidak masuk akal. tapi setiap cerita bagiku. memang tidak perlu akal. cukup punya hati. cukup.::


sampai saat inipun, uminya 'indy tak percaya. kaifa...? begitu dia terus bertanya. aku berikan jawaban yang benarpun. pasti kurang percaya. masak ada orang kerja kok digaji oleh ALLOH.

::betul mi'. Rosululloh. para sahabat. para tabi'in. para tabi'ut tabi'in. para fuqaha. para 'alim. para 'ulama jaman dulu bisa. kenapa sekarang aku tidak belajar demikian...?::


guru sepanjang hidup. guru sepanjang jaman...


(untuk ibu dan bapak guru. yang sampai pensiunpun belum punya rumah. sebab engkau terlalu baik dengan murid-muridmu. ibu dan bapakku. yang begitu ikhlas mengajar dan mendidikku. sehingga membeli motorpun tak mampu...)

0 comments:

Post a Comment

Sampaikan pesan dengan baik. Anda sopan, saya segan. Yang sudi berkomentar di sini, semoga Allah membalas kebaikan Anda. Matur nuwun.

sponsored by

Daftar ke PayPal dan langsung menerima pembayaran kartu kredit.

  ©diotak-atik oleh -- Mas 'NUZ.