headline mata hatiku

24 January 2009

proyek pim fatal error



MOJOKERTO - Proyek Pusat Informasi Majapahit (PIM) di Trowulan dinilai fatal error. Tidak hanya terjadi kerusakan situs di beberapa sudut pemasangan beton dan pondasi, melainkan proyek yang didanai APBD sebesar Rp 200 miliar tersebut tidak memenuhi syarat pendirian bangunan.

Diantaranya tidak ada mekanikel elektrik (MO) dan struktur bangunan yang sesuai. Juga sketsa gambar PIM tidak tertera tanggal dan pembuatnya, termasuk nama pimpinan proyek dan CV yang mengerjakan.

Data rinci itu diketahui saat sejumlah arkeolog yang tergabung dalam tim evaluasi pembangunan PIM melakukan penelitian pertama di Pusat Informasi Majapahit (PIM) Trowulan, kemarin. Penelitian ini dilakukan menyusul tengara kerusakan situs akibat proyek PIM. Termasuk pengerjaan proyek dan penggalian yang menyebabkan rusaknya berbagai cagar budaya yang terpendam dalam lokasi proyek atau di Segaran titik 3, 4 dan 5 .



''Kalau dilihat kerusakan memang di mana-mana. Tapi teliti dulu sesuai tugas yang diberikan," terang Ketua Tim Evaluasi Mundardjito di tengah melakukan penelitian awal di lokasi PIM.

Tim berjumlah 10 orang yang ditunjuk Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik itu melakukan penelitian awal dengan mengamati sejumlah galian di lokasi proyek seluas 63 x 63 meter. Diantaranya Osrifuel Oesman (ahli arsitek-arkeologi), Seoeroso (Direktur Peninggalan Purbakala Debudpora), Bambang Eryudhawan (Ikatan Arsitek Indonesia) dan Anam Anis (Gotrah Wilwatikta Mojokerto).

Dia menjelaskan, berdasarkan SK yang diterbitkan Menbudpar kepada timnya, ada dua tugas besar yang diemban. Selain meneliti sejauh mana kerusakan situs, mereka juga bertugas untuk memberikan rekomendasi langkah selanjutnya.

Terkait upaya rehabilitasi situs dan relokasi proyek PIM. ''Untuk sementara kami berada pada tahap awal. Yakni mengumpulkan data mulai dari awal pembangunan hingga proyek ini dihentikan," kata Arkeolog dari Universitas Indonesia (UI) ini. Guna membuktikan bentuk kerusakan-kerusakan yang ada, selama dua hari ini pihaknya akan terus melakukan upaya pencarian data pendukung.

Sebab sejak tim ini ditetapkan sehari sebelumnya, belum memiliki data lengkap terkait proyek pemerintah pusat itu. Demikian pula dengan rencana rehabilitasi dan relokasi yang diamanatkan Menbudpar.

''Ada berbagai pertimbangan untuk menentukan langkah penyelamatan situs dan relokasi. Bagaimana cara membongkarnya sekarang baru kumpulkan data-data termasuk foto-foto yang ada," paparnya.

Dari hasil pengamatan di lapangan, proyek Majapahit Park ini memang telah banyak merusak situs. Bahkan tak jarang, tiang pancang dan pondasi bangunan menabrak situs-situs yang terdiri dari bangunan berupa tembok-tembok itu.

Di lokasi tersebut juga ditemukan lantai-lantai rumah dan bangunan kuno yang terbuat dari batu-bata. Diduga, di lokasi ini pernah menjadi pemukiman warga pada zaman kejayaan Kerajaan Mahapahit pada abad ke-13.

Sementara itu, Osrifoel Oesman, salah satu anggota tim evaluasi yang juga ahli arsitek-arkeologi mengatakan, dari penelitian di lokasi proyek, dia menilai ada kesalahan fatal dalam proses pembangunan proyek.

Pengerjaan proyek dilakukan tanpa mengindahkan kaidah-kaidah arkeologis. ''Buktinya, banyak bangunan proyek yang menerabas situs," terangnya. Selain itu dia menyayangkan kesalahan teknis dalam pengerjaan proyek pembangunan gedung sebagai ruang pajang peninggalan benda bersejarah itu.

Mestinya sebelumnya lokasi proyek dilakukan lebih dulu dilakukan pembacaan penggalian dan penelitian oleh para arkeolog secara utuh. Sebab di lokasi tersebut PIM sarat benda bersejarah peninggalan Kerajaan Majapahit seperti kompleks perumahan petingi Kerajaan Majapahit.

Bukti jika catatan-catatan dan pembacaan arkelog tidak diindahkan dalam pelaksanaan proyek PIM, terlihat gamblang dalam sketsa gambar bangunan.

Di sana, para arkeolog tidak menemukan tanggal pembuatan gambar, tidak menemukan identitas penggambar dan pemimpin proyeknya. ''Artinya proyek ini sangat fatal error dan tidak memenuhi syarat. Antara lain tidak melakukan metode kerja. Makanya tidak salah kalau saya menyebut proyek ini kelas warung," kata Bambang Eryudhawan dari IAI. (ris/yr)

0 comments:

Post a Comment

Sampaikan pesan dengan baik. Anda sopan, saya segan. Yang sudi berkomentar di sini, semoga Allah membalas kebaikan Anda. Matur nuwun.

sponsored by

Daftar ke PayPal dan langsung menerima pembayaran kartu kredit.

  ©diotak-atik oleh -- Mas 'NUZ.