headline mata hatiku

22 February 2009

halaman utama



assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.
syukur alhamdulillah, atas karunia Alloh semata, akhirnya tercipta pula sebuah blog pribadiku. mungkin lucu kadang jika aku pikir. sebab setelah berpuluh tahun bergelut dengan teknikal komputer, akhirnya nyasar pula ke dunia blog. satu hal yang selama ini cukup asing bagiku. sebab entah berpuluh atau beratus orang yang telah aku temui bercerita panjang lebar tentang blog. dan masih saja aku tidak 'ngeh'.

sampai-sampai uminya anak-anak bilang: tumben, ngenet sampai suntuk semalaman. sampai-sampai si kecilpun protes: bi, nggak pegel ta ngetik? dan biasanya aku jawab dengan senyum. sambil aku raih dia di atas pangkuanku.

tapi beginilah kalau orang sedang jatuh cinta. pegel, suntuk, lapar, hauspun tak terasa (ups...narsis ya?). tapi harapanku semoga apa yang ada di dalam blog ini dapat bermanfaat bagi anda semua. bila ada yang tidak berkenan, boleh lansung di semprit kok. bahkan dikartu merah. itu semua tidak terlepas dari segala kekurangan yang aku miliki.

permohonan maaf yang tak terhingga kepada siapa saja. jika terdapat tulisanku yang menyinggung perasaan. semoga anda bisa mahfum atas hal itu semua. sebab kadangkala kebenaran itu juga menyakitkan. terima kasih atas kunjungan anda.
inilah hidup. inilah duniaku. jazaakumulloh khoiron.
wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Read more...

jangan terlalu percaya facebook!

sebagaimana artikel saya terdahulu tentang bahaya facebook (bukan hanya karena produk yang mendanai israel untuk menyerang palestina), maka ada satu buah bukti nyata yang akhir-akhir ini terungkap. begitu fatalnya jikalau kita begitu percaya dan enjoy memampang seluruh aktivitas serta album photo kita di laman fb. sebagaimana kisah di bawah ini yang dapat dijadikan pelajaran.


Senin, 23/02/2009 08:45 WIB
Bahaya Impersonation
Jangan Umbar Data, Teman dan Foto di Facebook!
Penulis: Donny B.U. - detikinet

Facebooker (dbu)
Jakarta - Jangan terlalu lengkap memasang profil diri dan foto di Facebook! Jangan terlalu gampang berteman di Facebook! Waduh, seruan tersebut tentunya tidak terlalu populer, atau cenderung diabaikan, bagi para Facebooker sejati. Ya memang, karena dengan bergesernya konsep dan ide sebuah pertemanan, maka tak apalah pada kenyataannya kita hanya punya segelintir teman di dunia nyata sepanjang punya berjibun (ratusan, ribuan) teman di situs jejaring sosial.
Seolah-olah dengan demikian keeksisan Anda adalah seberapa banyak teman yang dimiliki. Padahal dengan semakin banyak teman, yang kadang hanya teman sekedar kenal atau bahkan tak ingat lagi siapa dia atau bertemu dimana, maka semakin rentan terekspos data diri kita ke pihak-pihak di luar kontrol kita.
Walhasil, dengan demikian Anda akan semakin mudah menjadi korban 'impersonation'.
Kasus
Tulisan ini sengaja saya buat dan saya titipkan ke detikINET, karena ada satu kasus yang langsung menimpa salah satu mahasiswi saya di sebuah perguruan tinggi swasta tempat saya mengajar. Si mahasiswi tersebut belum lama berselang mengadukan kisahnya kepada saya bahwa hampir tiap saat dirinya melalui ponsel dihubungi orang yang tidak dikenal, bahkan di tengah malam sekalipun.
Setelah saya gali informasi lebih lanjut, ternyata saya temukan bahwa data dirinya di Facebook, entah oleh siapa, di-copy dan dijadikan sebuah blog di Blogspot.com. Blog tersebut seolah-olah dikelola langsung oleh si mahasiswi tersebut. Inilah yang disebut dengan kasus 'impersonation'
Bahkan si pelaku (impersonator), memindahkan sebagian foto-foto si mahasiswi tadi dari Facebook ke sebuah situs penyimpanan foto gratisan, imageshack.us. Isi blog tersebut, cenderung berupa pencemaran nama baik dan melecehkan martabatnyat sebagai wanita.
Celakanya lagi, di blog tersebut dicantumkan pula nomor ponsel yang sehari-hari digunakan oleh mahasiswi tersebut. Maka, hampir tiap saat dia harus menjelaskan bahwa dirinya bukanlah seperti apa yang tertulis di blog pada setiap penelpon yang masuk.
Penyelesaian
Kasus ini agak rumit, karena tempat si impersonator meletakkan data-data dan foto-fotonya berada di luar ranah Indonesia. Tetapi upaya tetap harus dilakukan. Di blogspot.com atau blogger.com, ada fasilitas untuk melakukan 'flag blog', dengan pilihan 'impersonation'. Kita harus meng-attached hasil scan KTP atau SIM yang dapat membuktikan bahwa kita adalah korban dari pelaku impersonation.
Setelah kita men-submit, maka kita tinggal menunggu keputusan dari pengelola layanan blog tersebut untuk mencabut atau menghapus alamat blog yang menjadi keberatan kita.
Pun setali tiga uang dengan foto-foto yang terlanjur tersimpan di imageshack. Ada fitur untuk melaporkan dan meminta penghapusan foto-foto yang kita anggap materi berhak cipta, mengandung unsur pornografi ataupun kekerasan. Asumsinya, foto yang diambil dari akun Facebook kita tanpa seijin kita, adalah foto yang melanggar hak cipta.
Pencegahan
Agar kasus tersebut tidak terulang kepada siapapun, maka ada baiknya langkah-langkah pencegahan berikut ini bisa dijalankan ketika di dunia Facebook:
1). Jangan terlalu lengkap memasang profil atau data diri di Facebook. Tentunya semakin lengkap profil/data diri terpasang, semakin mudah mendapatkan teman. Tetapi di sisi lain, semakin beresiko pula data diri kita disalah-gunakan (abused)
2). Jangan memasang foto-foto diri Anda yang sekiranya Anda sendiri tidak akan merasa nyaman apabila foto tersebut tersebarluaskan secara bebas. Ingatlah, walau foto tersebut "hanya" diposting di akun Facebook Anda, sebenarnya itu sama saja dengan menyebarlukaskan foto tersebut ke publik. Sekali terposting dan tersebar, maka sangat sulit (dan nyaris mustahil) Anda bisa mencabut foto Anda dari Internet. Maka, selektiflah dalam berpose dan memposting foto Anda.
3). Jangan sembarangan 'add friend' atau melakukan approval atas permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Cara memilah dan memilihnya mudah, yaitu lihat saja berapa jumlah "mutual friends" antara Anda dengan seseorang tersebut. Semakin sedikit "mutual friends"-nya, berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan dirinya, yang berarti semakin beresiko tinggi. Pastikan Anda hanya menerima "pertemanan" yang "mutual friends"-nya cukup banyak.
4). Jangan sembarangan menerima tag photo. Bolehlah kita "banci tagging", tetapi berupayalah lebih selektif. Artinya, sekali Anda terjun ke Facebook, rajin-rajinlah memeriksa "keadaan sekeliling". Karena kita kadang menemukan foto diri kita yang di-upload dan di-tag oleh orang lain, padahal kita tidak suka foto tersebut disebarluaskan. Segera saja kita "untag" diri kita dari foto tersebut dan kalau perlu minta teman kita yang melakukan upload foto tersebut untuk mencabutnya.
5). Jangan tunda-tunda, ketika Anda menemukan data atau profil Anda digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda, segeralah bertindak. Membiarkannya, justru akan membuatnya makin berlarut dan berdampak destruktif, setidaknya untuk kenyamanan diri sendiri. Laporkan langsung ke pengelola layanan tempat kejadian 'impersonation', untuk segera mencabut informasi aspal (asli tapi palsu) tersebut. Atau, mintalah bantuan pada orang atau pihak yang sekiranya bisa atau paham bagaimana mengatasi hal di atas.


*) Penulis, Donny B.U., adalah penggiat kampanye "Be Wise While Online" dalam program Internet Sehat - ICT Watch. Untuk artikel terkait lainnya, dapat dibaca di http://www.ictwatch.com/internetsehat atau http://www.internetsehat.org


apa yang terpampang dalam artikel di atas, bukan maksud saya untuk mengecilkan arti fb bagi pembaca yang saat ini sedang 'keranjingan' fb. paling tidak ada tindakan preventif untuk lebih berhati hati dalam ber'posting ria'. apalagi dengan mengobral foto-foto yang mungkin adakalanya menjadi komunikasi yang dianggap efektif untuk saudara maupun sahabat-sahabat anda.


sebab saya sendiri memiliki laman di fb. saya gunakan sebatas untuk media komunikasi dengan teman baru, saudara bahkan teman lama yang hampir puluhan tahun tidak sempat bertatap muka. karena faktor kesibukan, keluarga bahkan domisili. sebab manfaat yang saya rasakan ternyata cukup luar biasa. sahabat yang hampir 15 tahun tidak bersua. ee...tiba-tiba, ternyata sekarang sudah mukim di manhattan, yang jauh di sana. di negeri paman sam.

itu salah satu manfaat. tapi tetap dengan koridor kehati-hatian terutama untuk tidak mengobral foto. sebab apa saja yang kita pampang di situ. seluruh hak paten, akan menjadi milik fb. sehingga akhirnya kita berpikir untuk bersegera menghapusnya.

lepas dari faktor suka atau tidak suka. demam fb telah menjadi wabah yang mendunia. dari seorang presiden sampai tukang ojek. dari seorang direktris sampai dengan pembantu rumah tangga. semuanya kembali kepada anda. untuk menimbang mana yang baik. dan mana yang buruk. tapi yang pasti. hati-hati: itu lebih baik.

Read more...

12 February 2009

mengapa perancis sedemikian khawatir terhadap agama?

HARUN YAHYA

Prancis dan sejumlah negara lain terseret ke dalam perdebatan saat dua murid dikeluarkan dari sekolah karena mengenakan jilbab. Prancis memperluas larangan dan mengusulkan undang-undang yang melarang penggunaan pakaian dan lambang-lambang yang secara terbuka menampilkan jati diri agama. Selain jilbab, undang-undang ini juga berlaku bagi Salib agama Kristen dan topi yarmulke agama Yahudi. Undang-undang ini menyebabkan gelombang kecaman. Negara-negara muslim, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman mengutuk undang-undang tersebut dan menekankan bahwa pemberlakuan undang-undang itu dapat menyebabkan ketegangan dan permusuhan di Prancis. Mereka juga menegaskan bahwa undang-undang itu bertentangan dengan kebebasan beragama dan hak asasi manusia. Tapi, sejauh ini, penentangan-penentangan itu tidak membuat pemerintah Prancis menarik keputusannya.

Kita tidak seharusnya menafsirkan apa yang terjadi di Prancis hanya sebagai larangan pada lambang-lambang keagamaan; ketakutan pemerintah Prancis terhadap agama dan ajaran agama berakar sejak dulu kala. Mereka yang sadar akan perkembangan budaya masyarakat serta hubungan antara gereja dan negara di Prancis akan paham bahwa langkah-langkah semacam ini dan perdebatan yang ditimbulkannya sangatlah dikenal dalam masyarakat Prancis. Terlebih lagi, ketakutan ini tidak hanya sebatas terhadap Islam dan Yahudi; kenangan tentang pembunuhan penganut Katolik selama Revolusi Prancis belumlah terhapuskan.

Pola hubungan gereja-negara di Prancis dibentuk melalui pertikaian, kebencian, kemarahan dan pembantaian. Perselisihan ini berawal di abad ke-8 melawan Gereja Katolik dengan tujuan mengurangi pengaruh Gereja terhadap masyarakat. Dapat kita katakan bahwa selama masa ini, masyarakat menjadi terjauhkan dari nilai-nilai ruhani dan agama dan berada di bawah pengaruh filsafat materialis.


Abad Pencerahan: Bagaimana Masyarakat Eropa Menjauh dari Nilai-Nilai Agama

Masa di mana gagasan-gagasan materialis dan evolusionis mendapatkan penerimaan secara luas dalam masyarakat Eropa, berpengaruh dalam menjauhkan masyarakat itu dari agama, dikenal sebagai Pencerahan. Tentu saja, orang-orang yang memilih kata ini (yaitu mereka yang menganggap perubahan pola pemikiran ini secara positif sebagai gerakan menuju cahaya) adalah para pemimpin penyimpangan ini. Mereka menggambarkan masa sebelumnya sebagai “Abad Kegelapan” dan menyalahkan agama sebagai penyebabnya, serta menegaskan bahwa Eropa mengalami pencerahan ketika disekulerkan [dibebaskan dari pengaruh agama] dan menjauhkan diri dari agama. Pandangan yang menyimpang dan tidak benar ini kini masih merupakan satu dari sarana propaganda mereka yang menentang agama.

Benar bahwa agama Kristen Abad Pertengahan sebagiannya “gelap” akibat takhayul dan sikap taklid buta, dan kebanyakan hal-hal ini telah dibersihkan pasca Abad Pertengahan. Bahkan kenyataannya, gerakan Pencerahan tidak pula membawa hasil bermanfaat bagi masyarakat Barat. Hasil terpenting Abad Pencerahan, yang muncul di Prancis, adalah Revolusi Prancis, yang mengubah negara itu menjadi lautan darah. Bagi sebagian besar cendekiawan Prancis, Abad Pencerahan berarti membersihkan pemikiran masyarakat dari setiap nilai agama dan ruhani. Hampir semua pemikir yang hidup di Prancis abad ke-18 sama-sama memiliki pandangan ini. Revolusi Prancis dibangun di atas gagasan Pencerahan ini yang paling berpengaruh di Prancis; yang merupakan salah satu revolusi modern paling biadab, kejam, dan mengerikan. Segera setelah kelompok Jacobin berkuasa pasca Revolusi Prancis, hal pertama yang mereka lakukan adalah pemberlakuan hukuman mati [penggal kepala] dengan pisau guillotine; ribuan orang kehilangan kepala mereka hanya karena mereka dituduh kaya atau taat beragama. Salah seorang pemimpin Revolusi Prancis bernama Fouché (nama julukannya adalah Penjagal dari Lyon) mengutus panitia yang dipimpin oleh 3 orang ke Lyon untuk membasmi kalangan bangsawan tuan tanah dan agamawan di sana. Dalam sebuah surat yang ia kirim kepada Robespierre, sang pemimpin Senat, Fouché menulis bahwa pisau guillotine bergerak terlalu lamban dan bahwa ia tidak puas dengan kemajuan revolusi yang lambat. Ia meminta izin untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Di hari ia mendapatkan izin tersebut, ribuan orang dengan tangan terikat di belakang punggung mereka dibantai tanpa belas kasih oleh senapan-senapan revolusi.

Kini tulisan-tulisan yang terpengaruhi gagasan Pencerahan memuji Revolusi Prancis; padahal, Revolusi itu sangat merugikan Prancis dan menyebabkan perseteruan dalam masyarakat yang berlangsung hingga abad ke-21. Pengkajian tentang Revolusi Prancis dan Abad Pencerahan oleh pemikir terkenal Inggris, Edmund Burke, sangatlah penting. Dalam bukunya yang terkenal, Reflections on the Revolution in France [Renungan tentang Revolusi di Prancis], terbit tahun 1790, ia mengecam gagasan tentang Pencerahan sekaligus hasilnya, yakni Revolusi Prancis; menurut pendapatnya, gerakan itu menghancurkan nilai-nilai asasi yang menyatukan masyarakat, seperti agama, akhlak dan tatanan keluarga, serta membuka jalan bagi merajalelanya ketakutan dan kekacauan. Akhirnya, ia menganggap Pencerahan, sebagaimana diungkapkan seorang penafsir, sebagai suatu “gerakan pemikiran manusia yang bersifat merusak.” 1

Pemimpin-pemimpin gerakan merusak ini adalah para Mason [anggota perkumpulan Freemasonry]. Voltaire, Diderot, Montesquieu, dan para pemikir anti-agama lainnya yang merekayasa jalan menuju Revolusi, seluruhnya adalah Mason. Kelompok Mason sangat dekat dengan kelompok Jacobin yang merupakan pemimpin Revolusi. Hal ini membuat sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa adalah sulit membedakan antara Jacobinisme dan Masonry di Prancis pada masa itu.

Selama Revolusi Prancis berlangsung, permusuhan besar ditujukan secara terang-terangan terhadap agama. Banyak pendeta dihukum penggal kepala dengan pisau guillotine, gereja-gereja dihancurkan, dan terlebih lagi, ada pihak-pihak yang ingin memberantas habis agama Kristen dan menggantinya dengan sebuah agama menyimpang, agama penyembah berhala, agama simbol yang disebut “Agama Akal.” Para pemimpin Revolusi juga menjadi korban kegilaan ini, masing-masing mereka akhirnya kehilangan kepala mereka sendiri oleh pisau guillotine, yang dengannya mereka sendiri telah menghukum begitu banyak orang. Bahkan saat ini, banyak orang Prancis yang terus mempertanyakan benar tidaknya Revolusi tersebut merupakan sesuatu hal yang baik.

Perasaan anti-agama dari Revolusi Prancis menyebar ke seantero Eropa dan, hasilnya, abad ke-19 menjadi salah satu babak propaganda anti-agama yang paling terbuka dan gencar.

Perang Melawan Agama di Prancis

Peran yang dimainkan kelompok Mason dalam Revolusi diakui oleh “agen provokator” bernama Count Cagliostro. Cagliostro ditangkap oleh Iquisition [lembaga pengadilan gereja Katolik Roma antara tahun 1232-1820] pada tahun 1789, dan membuat sejumlah pengakuan penting selama dimintai keterangan. Ia memulai dengan menyatakan bahwa para Mason di seluruh Eropa telah merencanakan serangkaian revolusi. Ia mengatakan bahwa tujuan utama kelompok Mason adalah menghancurkan Lembaga Kepausan atau mengambil alihnya.

Makar perkumpulan Masonry di Prancis tidak berhenti dengan Revolusi. Kekacauan yang muncul akibat Revolusi akhirnya dipadamkan saat Napoleon menduduki kekuasaan. Tapi, keadaan tenang ini tidak berlangsung lama; cita-cita Napoleon untuk berkuasa di seluruh Eropa hanya berujung pada akhir kekuasannya. Setelah itu, pertikaian di Prancis terus berlangsung antara pihak kerajaan dan pendukung Revolusi. Di tahun 1803, 1848, dan 1871, tiga revolusi lagi terjadi. Di tahun 1848, “Republik Kedua” didirikan; di tahun 1871, “Republik Ketiga” dibentuk. Di tahun 1881, Katolik tidak lagi menjadi agama resmi Prancis dan di tahun 1988 pelajaran agama dihilangkan sama sekali dari sistem pendidikan.

Kelompok Mason sangatlah giat selama masa pergolakan ini. Tujuan utama mereka adalah memperlemah Gereja dan lembaga-lembaga keagamaannya, menghancurkan nilai-nilai agama dan pengaruh hukum-hukum agama dalam masyarakat, dan menghapus pendidikan agama. Kelompok Mason memandang paham perlawanan terhadap kekuasaan kaum agamawan sebagai pusat gerakan sosial dan politik mereka.

The Catholic Encyclopedia [Ensiklopedia Katolik] memberikan keterangan penting tentang gerakan anti-agama dari Grand Orient, julukan bagi Masonry Prancis:

Dari surat-surat resmi Masonry Prancis yang dimuat terutama dalam “Buletin” dan “Laporan” resmi Grand Orient, telah dibuktikan bahwa seluruh kebijakan yang memusuhi kekuasaan kaum agamawan yang dikeluarkan di Parlemen Prancis telah diputuskan sebelumnya di pusa-pusat pertemuan kelompok Mason dan dilaksanakan di bawah arahan Grand Orient, yang bertujuan, sebagaimana dinyatakannya secara jelas, untuk mengendalikan setiap hal dan setiap orang di Prancis. “Saya telah mengatakan di majelis tahun 1898,” kata sang anggota dewan Massé, juru bicara resmi majelis tahun 1903, “bahwa adalah tugas terpenting Freemasonry untuk setiap hari terlibat lebih banyak dalam perjuangan politik dan anti-agama.” “Keberhasilan (dalam perang melawan kekeuasaan kaum pendeta) sebagian besarnya adalah berkat Freemasonry; sebab jiwanya, rencananya, caranyalah yang telah menang.” “Jika Blok ini telah didirikan, ini berkat Freemasonry dan berkat disiplin yang dipelajari di pusat-pusat pertemuan [Freemasonry]”… “Kita perlu waspada dan yang terpenting saling percaya, jika kita hendak menuntaskan kerja kita, yang sejauh ini belum selesai. Kerja ini, Anda tahu…perang melawan kekuasaan kaum pendeta, sedang berlangsung. Republik ini harus membersihkan diri dari lembaga-lembaga keagamaan, menyapu bersih mereka dengan satu hantaman keras. Perencanaan setengah-setengah di mana pun berbahaya; lawan harus dihancurkan dengan sekali pukul. 2

The Catholic Encyclopedia meneruskan paparan tentang peperangan Masonry Prancis melawan agama:

Sebenarnya seluruh pembaharuan Masonik “anti-kekuasaan kaum agamawan” yang dijalankan di Prancis sejak 1877, seperti penghapusan pengajaran agama dari pendidikan, kebijakan menentang sekolah-sekolah dan badan-badan kemanusiaan Kristen swasta, pelarangan dewan-dewan keagamaan dan penghancuran lembaga Gereja, diakui berpuncak pada perombakan anti-Kristen dan anti-agama terhadap masyarakat manusia, tidak hanya di Prancis tapi di seluruh dunia. Dengan demikian Freemasonry Prancis, sebagai pemimpin seluruh gerakan Freemasonry, seolah meresmikan masa keemasan republik universal Masonik, yang meliputi persaudaraan Masonik dari semua manusia dan seluruh bangsa. “Masa Kejayaan Galilean,“ kata presiden Grand Orient, Senator Delpech, pada tanggal 20 September 1902, “telah berlangsung selama 20 abad. Tapi kini gilirannya dia mati… Gereja Katolik Roma, yang didirikan di atas dongeng Galilean, mulai mengalami keruntuhan dengan cepat sejak hari didirikannya Kelompok Masonik. 3

“Galilean” yang dimaksud kelompok Mason adalah Yesus, karena menurut Injil, Yesus lahir di kota Galilee di Palestina. Karena itu, kebencian kelompok Mason terhadap Gereja adalah sebuah luapan kebencian mereka terhadap Yesus dan terhadap semua agama yang mengakui adanya satu Tuhan. Dengan budaya materialis, Darwinis dan humanis yang mereka bangun di abad ke-19, mereka yakin bahwa mereka telah menghancurkan agama dan menghidupkan kembali Eropa dalam bentuk paganisme pra-Kristen [yakni agama politeistik atau agama selain Kristen, Yahudi dan Islam].

Saat kata-kata ini diucapkan di tahun 1902, serangkaian undang-undang di Prancis memperluas ruang lingkup penentangan terhadap agama. Tiga ribu sekolah agama ditutup dan memberikan pelajaran agama apa pun di sekolah dilarang. Banyak pendeta ditangkap, sebagian di antaranya diasingkan dan orang-orang taat beragama mulai dianggap sebagai warga kelas dua. Karena alasan ini, di tahun 1904, Vatikan memutuskan seluruh hubungan kenegaraan dengan Prancis, tapi hal ini tidak mengubah sikap negara tersebut. Dibutuhkan korban ratusan ribu jiwa orang Prancis yang melawan tentara Jerman di Perang Dunia I sebelum keangkuhan negeri itu ditundukkan dan Prancis mengakui kembali pentingnya nilai-nilai agama.

Seperti dinyatakan The Catholic Encyclopedia, perang melawan agama, sejak Revolusi Prancis hingga abad ke-20, dilancarkan melalui “kebijakan-kebijakan anti-pendeta yang dikeluarkan Parlemen Prancis” yang “diputuskan sebelumnya di pusat-pusat pertemuan Masonik dan dilaksanakan di bawah arahan Grand Orient.” 4 Fakta ini tampak jelas dari tulisan-tulisan Masonik. Misalnya, sebuah kutipan dari terbitan Turki berjudul "A Speech Made by Brother Gambetta on July 8 1875 in the Clémente Amitié Lodge" [Sebuah Pidato yang Disampaikan oleh Saudara Gambetta tanggal 8 Juli 1875, di Pusat Pertemuan Clémente Amitié] berbunyi:

Sementara bayangan ketakutan akan tindakan balasan mengancam Prancis, dan doktrin agama serta pemikiran terbelakang melancarkan serangan melawan prinsip dan hukum sosial modern, di tengah-tengah perkumpulan yang terampil, berpandangan ke depan seperti Masonry yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip persaudaraan, kita temukan kekuatan dan dukungan dalam perjuangan melawan kekuasaan Gereja yang kelewat batas, sikapnya yang dibesar-besarkan dan konyol serta tindakannya yang selalu berlebihan… kita wajib berjaga-jaga dan meneruskan perjuangan. Dalam rangka menegakkan gagasan tentang tatanan dan kemajuan manusia, mari kita bertahan agar perisai kita tidak dapat ditembus. 5

Dapat dicermati bahwa tulisan-tulisan Masonik senantiasa menampilkan gagasan-gagasan mereka sendiri sebagai “berpandangan jauh ke depan” sementara menuduh orang taat beragama sebagai “terbelakang”. Namun, ini hanyalah permainan kata-kata. Pendapat mengenai “bayangan ketakutan akan tindakan balasan”, yang disebutkan dalam kutipan di atas, adalah sesuatu yang juga ditentang oleh orang yang benar-benar taat beragama, tapi dimanfaatkan kelompok Mason untuk membidik agama yang benar dalam usaha mereka menjauhkan orang darinya. Selain itu, perlu ditegaskan kembali bahwa filsafat materialis-humanis yang dianut kalangan Mason sesungguhnya adalah takhayul, pola pemikiran terbelakang, warisan peradaban penyembah berhala Mesir Kuno dan Yunani Kuno.

Karenanya, penggunaan istilah seperti “berpandangan jauh ke depan” dan “terbelakang” oleh kelompok Mason dalam kenyataannya tidak memiliki dasar. Sungguh, hal tersebut tidak berdasar karena pertikaian antara kelompok Mason dan orang-orang taat beragama tidaklah lebih dari kelanjutan perseteruan antara dua pandangan yang telah ada sejak masa paling awal dari sejarah. Agamalah yang menyatakan yang pertama dari dua pandangan ini: bahwa umat manusia diciptakan dengan kehendak Tuhan dan bahwa umat manusia wajib menyembah-Nya. Inilah kebenaran itu. Pandangan yang berlawanan, yakni bahwa manusia tidak diciptakan, melainkan menjalani kehidupan yang tanpa makna dan tanpa tujuan, adalah yang dikemukakan oleh mereka yang mengingkari keberadaan Tuhan. Ketika dipahami secara benar, dapat ketahui bahwa penggunaan mereka akan istilah “terbelakang” dan “berpandangan jauh ke depan” tidaklah memiliki dasar.

Dengan memanfaatkan gagasan tentang “kemajuan”, kalangan Mason berupaya menghancurkan agama. "Catholic Encyclopedia" menyatakan:

Hal berikut dianggap sebagai cara-cara utama [gerakan freemasonry]:

(1) Menghancurkan sama sekali seluruh pengaruh Gereja dan agama terhadap masyarakat, yang secara licik dijuluki “clericalism” [“paham yang mendukung kekuasaan kaum agamawan”], melalui penekanan terbuka terhadap Gereja atau melalui sistem munafik dan menipu [yaitu] pemisahan antara Negara dan Gereja, dan sejauh mungkin, menghancurkan Gereja dan seluruh agama yang benar, yakni yang [bersumber dari] kekuatan di luar manusia, yang lebih dari sekedar aliran kebangsaan dan kemanusiaan yang tidak jelas;

(2) Mensekularisasi, melalui sistem “unsectarianism” [“ketidakfanatikan”] yang juga munafik dan menipu, seluruh kehidupan masyarakat dan pribadi dan, khususnya, pengajaran dan pendidikan umum. “Unsectarianism” [“ketidakfanatikan”] yang dimaksud oleh pihak Grand Orient adalah sectarianism [kefanatikan] yang anti-Katolik dan bahkan anti-Kristen, ateistik, positifistik [aliran filsafat empirisme yang lebih kuat], atau agnostik berbaju unsectarianism [ketidakfanatikan]. Kebebasan berpikir dan bernurani anak-anak haruslah dibangun secara tertata dan terencana dalam diri anak di sekolah dan dilindungi, sejauh mungkin, dari segala pengaruh yang membahayakan, tidak hanya dari Gereja dan para pendeta, tapi juga dari orang tua anak-anak itu sendiri, jika perlu, bahkan melalui paksaan jasmaniyah dan kejiwaan. Kelompok Grand Orient menganggapnya sebagai sebuah jalan yang mutlak diperlukan dan yang pasti tidak gagal menuju puncak berdirinya republik sosial universal. 6

Dapat dipahami bahwa Masonry telah melaksanakan sebuah rencana, dengan mengatasnamakan “pembebasan masyarakat”, yang tujuannya menghapuskan agama, sebuah rencana yang masih sedang dijalankan. Ini tidak boleh disalahartikan dengan sebuah tatanan yang mengupayakan hak bagi setiap warga negara dengan keyakinan agama apa pun untuk menjalankan agamanya secara bebas. Sebaliknya, tatanan yang dicita-citakan oleh Masonry adalah sesuatu yang berupa pencucian otak besar-besaran, yang dirancang untuk menghapus sama sekali agama dari masyarakat dan dari akal pikiran setiap orang dan, jika perlu, menindas para penganutnya.

AJARAN AGAMA ADALAH JALAN KELUAR DARI SEGALA KESULITAN

MASALAH UTAMANYA ADALAH KETIADAAN AGAMA

Kebijakan Prancis untuk menghapuskan agama bermula di abad ke-18 dan terus berlangsung selama tiga abad; hasilnya telah mengubah negeri itu menjadi sebuah bangsa yang takut terhadap agama, ajaran agama, dan orang-orang taat beragama. Dalam beberapa tahun belakangan, dan sebagai akibat dari berjalannya [kebijakan] ini, kalangan Muslim dan berbagai anggota perkumpulan keagamaan telah diserang. Akan tetapi, ketakutan ini tidaklah berdasar. Sebenarnya, bukanlah agama, namun ketiadaan agamalah yang seharusnya ditakuti. Ajaran agama membawa kedamaian, kebahagiaan, keadilan, dan sikap saling menghargai ke dalam masyarakat. Dalam masyarakat dengan kesadaran beragama yang kuat, tidak mungkin ada kekerasan, kemaksiatan, atau ketakutan. Dengan alasan ini, ketakutan Prancis terhadap agama tidak perlu ada. Dalam masyarakat di mana perang, pertikaian, kekerasan dan ketidakadilan merajalela, ajaran agama tidaklah ada.

Dalam masyarakat yang jauh dari agama, dapatlah dipastikan bahwa sebagian besar orang bersifat mementingkan diri sendiri, tidak adil dan kosong dari kebaikan akhlak. Hanya nilai-nilai agama yang menjamin kesempurnaan akhlak bagi masyarakat dan pribadi. Mereka yang beriman kepada Tuhan berperilaku penuh tanggung jawab, karena mereka hanya hidup untuk mendapatkan ridha Tuhan dan paham bahwa mereka akan mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka. Karena takut kepada Tuhan, mereka dengan hati-hati menghindari perbuatan, sikap, perilaku buruk yang tidak disukai Tuhan. Sebuah masyarakat yang dipenuhi orang-orang semacam ini akan menjadi masyarakat yang tidak mengalami masalah-masalah sosial.

Sebaliknya, orang tak beriman, yang tidak mengakui bahwa ia pada akhirnya akan diberi pahala atau dihukum akibat amal perbuatannya, tidak akan memberi batasan atas perbuatan jahatnya. Walaupun menghindari bentuk perilaku tertentu yang tidak disukai masyarakat, banyak orang tidak ragu melakukan kejahatan lainnya saat mereka terdesak, terdorong, atau memiliki kesempatan.

Dalam masyarakat di mana tidak terdapat agama, orang rentan melakukan segala macam perbuatan tidak terpuji. Misalnya, seseorang yang taat beragama tidak akan pernah menerima suap, berjudi, merasa dengki, atau berbohong karena ia tahu bahwa ia harus bertanggung jawab atas semua perbuatan itu di akhirat. Namun, seseorang tak beragama cenderung mudah melakukan semua itu. Tidaklah cukup bagi seseorang berkata, “Saya tidaklah taat beragama tapi saya tidak menerima suap”, atau “Saya tidaklah taat beragama tapi saya tidak berjudi”, sebab orang yang tidak takut pada Tuhan dan tidak percaya bahwa ia akan memberikan pertanggungjawaban atas dirinya sendiri di akhirat mungkin akan melakukan salah satu perbuatan itu ketika kesempatan atau keadaannya berbeda. Seseorang yang berkata, “Saya tidak taat beragama tapi saya tidak berzina” mungkin saja melakukannya di suatu tempat di mana perzinahan dianggap wajar. Atau seseorang yang berkata bahwa ia tidak menerima suap mungkin berkata, “Anak saya sakit dan hampir meninggal, karena itu saya harus menerima suap”, jika ia tidak takut pada Tuhan.

Sebaliknya, orang taat beragama tidak melakukan kenistaan serupa itu, karena ia takut pada Tuhan dan ia tidak lalai bahwa Tuhan mengetahui niatnya dan juga pikirannya.

Seseorang yang jauh dari agama mungkin berkata, “Saya tidak taat beragama tapi saya pemaaf. Saya tidak merasa dendam atau benci,” tapi suatu hari peristiwa tak diinginkan mungkin saja menyebabkannya kehilangan kendali-diri dan melakukan tindakan yang paling tidak diharapkan. Ia mungkin saja berupaya membunuh atau melukai seseorang, karena acuan perilaku yang ia pegang dapat berubah menurut lingkungan dan keadaan tempat di mana ia tinggal.

Akan tetapi, seseorang yang beriman kepada Tuhan dan Hari Akhir tidak pernah menyimpang dari akhlak baiknya, apa pun keadaan atau lingkungannya. Akhlaknya tidaklah “berubah-ubah” namun tegar. Allah merujuk tentang akhlak mulia orang-orang taat beragama dalam ayat-ayat-Nya:

(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak melanggar perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang yang sabar karena mengharap keridhaan Tuhannya, melaksanakan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). (QS. Ar Ra’d, 13:20-22)

Dalam lingkungan tanpa agama, gagasan pertama yang akan terhapuskan adalah keluarga. Nilai-nilai seperti kesetiaan, ketaatan, kepatuhan, cinta, dan penghargaan, yang menopang keluarga, benar-benar ditinggalkan. Harus diingat bahwa keluarga adalah pondasi masyarakat dan jika keluarga runtuh, runtuh pulalah masyarakat. Bahkan negara tidak memiliki alasan untuk tetap ada, karena seluruh nilai moral yang menopang negara telah lenyap.

Lagipula, dalam masyarakat tak beragama, tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk memiliki rasa hormat, cinta atau kasih sayang terhadap orang lain. Hal ini mengarah pada kekacauan hubungan antar-manusia. Si kaya membenci si miskin, si miskin dengki terhadap si kaya. Kemarahan muncul terhadap mereka yang cacat atau miskin. Atau serangan terhadap bangsa-bangsa lain meningkat. Karyawan berselisih dengan majikan mereka dan majikan bersengketa dengan para karyawannya, ayah memusuhi anak dan anak memusuhi ayah.

Penyebab pertumpahan darah yang terus-menerus dan “berita halaman tiga” di koran-koran adalah ketiadaan agama. Di halaman-halaman itu, setiap hari, kita melihat liputan berita tentang orang-orang yang tanpa pikir panjang saling membunuh karena alasan sangat sepele.

Sebaliknya, orang yang paham bahwa ia akan dihisab di akhirat tidak akan menodongkan senjata ke kepala orang lain dan menembaknya. Ia tahu bahwa Tuhan melarang manusia melakukan kejahatan, dan rasa takutnya pada Tuhan memastikan bahwa ia akan menghindarkan diri dari azab ilahi. Dalam Alquran, Allah memerintahkan manusia menghindar dari berbuat kerusakan.

Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. (QS. Al A’raaf, 7:56)

Keberadaan nilai-nilai agama memunculkan perasaan cinta karena Tuhan. Rasa cinta ini memiliki pengaruh yang luar biasa baik dan bermanfaat bagi semua orang. Untuk mendapatkan ridha Tuhan, orang beriman menghibur diri mereka sendiri dengan cara yang paling mulia, dan saling mencintai dan menghormati. Secara umum, belas kasih, sikap menghargai dan rasa kasih sayang meliputi masyarakat.

Dilingkupi rasa takut pada Tuhan, orang sama sekali menghindar dari menjerumuskan diri dalam perbuatan bejat atau jahat. Dengan cara ini, setiap jenis kejahatan yang sebelumnya tidak mampu dicegah berhenti seketika. Jiwa dan semangat agama melingkupi sekeliling.

Dalam masyarakat di mana agama tidak merasuk, sudah menjadi fakta yang diakui bahwa orang menjadi bersifat berontak dan membangkang serta mengambil sikap memusuhi negara mereka. Sebaliknya, bagi seseorang yang hidup mengikuti ajaran agama, perintah negara sangatlah penting. Jika diperlukan, seseorang akan mengorbankan hidupnya demi nilai-nilai ini. Bagi orang seperti itu, kepentingan negerinya selalu berada di atas kepentingan pribadinya. Mereka mempertahankan nilai-nilai agama dan melakukan yang terbaik untuk membelanya.

Dalam keadaan yang sedemikian mendukung, memerintah negara menjadi sangat mudah. Negara menjadi tempat yang aman dan makmur. Para penyelenggara negara memperlakukan warga negaranya dengan adil dan lembut sehingga perlakuan tidak adil pun berhenti. Sebagai imbalannya, mereka dihormati oleh warga negara itu. Negara-negara seperti itu sudah pasti meletakkan dasar mereka di atas pondasi yang tak tergoyahkan.

Dengan ketiadaan akhlak Islami, ayah menjadi musuh anaknya, dan sebaliknya, sesama saudara berselisih, majikan menindas karyawan. Pabrik dan perusahaan berhenti menjalankan usaha akibat kekacauan dan si kaya memeras keringat si miskin. Di dunia dagang, orang mencoba saling berbuat curang. Kekacauan, pertikaian dan kekerasan menjadi jalan hidup bagi anggota masyarakat. Alasan semua ini adalah karena orang tidak memiliki rasa takut pada Tuhan. Orang yang tidak takut pada Tuhan merasa bebas bertindak tidak adil, dan tidak ragu mengambil jalan paling keras dan kejam—bahkan membunuh. Terlebih lagi, tanpa merasa bersalah, mereka berani secara terbuka mengungkapkan ketiadaan penyesalan mereka. Sebaliknya, seseorang yang yakin bahwa ia akan menghadapi siksa abadi di neraka tidak akan pernah melakukan tindakan seperti itu. Ajaran Alquran menihilkan semua perbuatan tidak baik semacam itu. Semuanya diselesaikan secara sederhana, tenang dan dengan cara terbaik. Kesalahan putusan hukum tidak terjadi dan, sementara itu, kantor polisi dan pengadilan sulit menemukan kasus yang harus ditangani.

Pikiran damai dan tenang orang-orang di seluruh segi kehidupan membawa kemakmuran kepada seluruh masyarakat. Penelitian ilmiah berkembang, tak satu pun hari berganti tanpa adanya penemuan baru atau terobosan teknologi dan hasilnya dimanfaatkan untuk kebaikan bersama. Kebudayaan berkembang dan para pemimpin bekerja untuk kesejahteraan rakyat. Kemakmuran ini ada berkat pikiran manusia yang terbebaskan dari tekanan. Ketika pikiran tenang, seseorang dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih baik dan keadaan ini memperbesar ruang lingkup berpikir. Hasilnya adalah pemanfaatan kemampuan berpikir yang jernih dan tidak terbelenggu. Hidup dengan pijakan akhlak yang baik membawa kemakmuran bagi masyarakat; mereka berhasil dalam kegiatan bisnis dan dagang mereka. Pertanian dan industri berkembang. Di seluruh bidang usaha, terdapat kemajuan yang nyata.

Jalan keluarnya sudah jelas: kembali kepada Tuhan, Pencipta segala sesuatu, dan mencapai kebahagiaan dan kedamaian hakiki dengan berpegang pada agama yang Tuhan ridhai untuk kita. Tuhan telah memberitahu kita bahwa keselamatan di dunia ini adalah dengan kembali kepada agama dan telah memberi kabar gembira bahwa hamba-hamba-Nya yang ikhlas tidak akan merasa takut, selama mereka patuh pada-Nya.

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nuur, 24:55)

Karena itu, dengan semua alasan yang sudah kami paparkan di atas, masyarakat Prancis harus mencari jalan keluar bukan dengan ketiadaan agama tapi dengan penerapan ajaran agama.Jalan keluar dari persengketaan yang berkembang, kekerasan yang meningkat dan ketimpangan ekonomi tidaklah terletak pada pembuangan agama; bahkan sebaliknya: harus dicari dengan upaya menyebarluaskan ajaran agama. Ketika suatu bangsa takut pada Tuhan, bertindak mengikuti hati nuraninya dan memperlihatkan rasa sayang, belas kasih dan sikap menghargai, tidak ada keraguan bahwa hal itu akan dengan mudah memberantas kekejaman dan kebobrokan dalam masyarakatnya.

1- Pocock, in; Edmund Burke, Reflections on the Revolution in France , ed. J. G. A. Pocock, Indianapolis: Hackett Publishing Company, 1987, h. 33-38.
2- Compterendu Gr. Or., 1903, Nourrisson, "Les Jacobins", 266-271; The Catholic Encyclopedia , "Masonry (Freemasonry)", New Advent, http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm
3- The Catholic Encyclopedia , "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)
4- The Catholic Encyclopedia , "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm#VIII)
5- Nur Safa Tekyeliban, "Taassuba Karsi Mucadele" (Struggle Against Bigotry): From the Speech of Brother Gambetta made on July 8, 1875 in Clémente Amitié Lodge," Dogus Kolu Yilligi: Ankara Dogus Mahfili Çalismalari (Dogus Branch Yearbook: Ankara Dogus Society Studies) , 1962, Kardes Press, Ankara, 1963, h. 19
6- The Catholic Encyclopedia , "Masonry (Freemasonry)," New Advent, (http://www.newadvent.org/cathen/09771a.htm)

Read more...

11 February 2009

darwinisme terbantahkan



Bagaimana Teori Evolusi Runtuh Di Hadapan Ilmu Pengetahuan Modern


DONGENG HOMOLOGI

Siapa pun yang mempelajari pelbagai makhluk hidup di bumi ini mungkin mengamati bahwa ada sejumlah organ dan ciri yang serupa di antara spesies-spesies. Orang pertama yang menarik kesimpulan materialistik dari fakta ini, yang telah menarik perhatian para ilmuwan sejak abad ke-18, adalah Charles Darwin.

Darwin berpikir bahwa makhluk-makhluk hidup dengan organ serupa (homolog) saling berkaitan evolusi, dan bahwa organ-organ ini pasti telah diturunkan dari moyang bersama. Menurut dugaannya, merpati dan elang keduanya bersayap; karena itu, merpati, elang, dan tentunya burung-burung bersayap lainnya diduga telah berevolusi dari moyang bersama.


Homologi adalah sebuah pernyataan tautologis, dibangun bukan berdasarkan petunjuk apa pun selain kemiripan fisik yang terlihat. Pendapat ini tak pernah sekali saja diperkuat oleh penemuan nyata kapan pun sejak masa Darwin. Tak seorang pun di dunia ini tampil dengan sisa fosil dari moyang khayal makhluk-makhluk hidup berstruktur homolog. Lebih jauh lagi, butir-butir berikut memperjelas bahwa homologi tidak menyediakan petunjuk bahwa evolusi pernah terjadi.

1. Orang menemukan organ homolog pada makhluk-makhluk hidup dari filum-filum yang sama sekali berbeda, yang kaitan evolusinya tidak dapat dibangun oleh para evolusionis;

2. Kode-kode genetis beberapa makhluk hidup berorgan homolog sama sekali berbeda.

3. Perkembangan embriologis organ homolog sama sekali berbeda pada makhluk-makhluk yang berbeda.

Sekarang, mari kita telaah satu per satu setiap butir bantahan ini.

Ketaksahihan Homologi Morfologis

Tesis homologi evolusionis didasarkan pada penalaran untuk membangun suatu kaitan evolusi di antara makhluk-makhluk hidup yang bermorfologi (berbentuk) mirip, padahal sejumlah organ homolog dimiliki bersama-sama oleh kelompok-kelompok yang sama sekali tak berhubungan. Sayap adalah satu contohnya. Selain burung, kita menemukan sayap pada kelelawar, yang adalah mamalia, dan serangga dan bahkan pada beberapa dinosaurus, yang merupakan reptil yang telah punah. Bahkan para evolusionis pun tidak mengajukan suatu kaitan evolusi atau kekerabatan di antara keempat kelompok hewan ini.

Contoh menyolok lainnya adalah kemiripan mencengangkan dan kesamaan struktur yang teramati pada mata dari makhluk-makhluk yang berbeda. Misalnya, gurita dan manusia adalah dua spesies yang sama sekali berbeda, tiada kaitan evolusi apa pun mungkin bahkan sekadar diusulkan, namun mata kedua spesies ini sangat mirip dalam struktur dan fungsi. Bahkan para evolusionis pun tak mencoba menjelaskan kemiripan mata gurita dan manusia dengan mengajukan suatu moyang bersama.

Sebagai tanggapan, evolusionis mengatakan bahwa organ-organ ini bukan "homolog" (dengan kata lain, dari moyang bersama), tetapi "analog" (sangat mirip satu sama lain, sekalipun tak berkaitan evolusi). Misalnya, menurut pandangan mereka, mata manusia dan mata gurita adalah organ-organ analog. Akan tetapi, pertanyaan ke golongan manakah suatu organ akan mereka masukkan, homolog atau analog, dijawab sepenuhnya sesuai dengan prasangka teori evolusi. Dan ini menunjukkan bahwa pernyataan evolusionis yang didasarkan pada kemiripan sama sekali tak ilmiah. Satu-satunya yang dilakukan evolusionis adalah mencoba menafsirkan penemuan-penemuan baru dengan prasangka dogmatis evolusi.

Menurut "pohon kehidupan" yang diajukan oleh evolusionis, gurita termasuk makhluk yang terjauh dari manusia. Tetapi, mata gurita sebenarnya mempunyai struktur yang sama dengan mata kita. Inilah sebuah pertanda bahwa kesamaan struktur bukan petunjuk bagi evolusi.

Akan tetapi, tafsiran yang mereka ajukan sama sekali tidak benar. Sebab, organ-organ yang mereka anggap "analog" kadang-kadang memiliki kemiripan yang demikian dekat, padahal merupakan struktur yang sangat rumit, sehingga menyarankan bahwa kemiripan ini lahir berkat mutasi yang kebetulan sepenuhnya tidak taat azas. Jika sebiji mata gurita muncul semata-mata tak sengaja, sebagaimana dinyatakan evolusionis, lalu bagaimanakah mata vertebrata (hewan bertulang belakang) bisa muncul dengan ketaksengajaan yang sama? Evolusionis terkenal Frank Salisbury yang merasa pening karena memikirkan pertanyaan ini, menulis:

Bahkan sesuatu yang serumit mata telah muncul beberapa kali: misalnya, pada cumi-cumi, vertebrata, dan artropoda. Sudah cukup buruk [mencoba] menjelaskan asal usul hal-hal ini satu kali, dan membayangkan menghasilkannya berkali-kali sesuai dengan teori sintesis modern membuat kepala saya pening. 282

Menurut teori evolusi, sayap muncul saling lepas sebanyak empat kali: pada serangga, reptil terbang, burung, dan mamalia terbang (kelelawar). Fakta bahwa sayap dengan struktur yang sangat mirip berkembang empat kali—yang tak bisa dijelaskan dengan mekanisme seleksi alam/mutasi—adalah kepeningan lain bagi para ahli biologi evolusi.

Sayap pada reptil terbang, burung, dan kelelawar. Sayap-sayap ini, yang mungkin tak berkaitan evolusi, mempunyai kesamaan struktur.

Salah satu contoh paling nyata rintangan di lintasan teori evolusi seperti itu dapat dilihat pada mamalia. Menurut pandangan biologi mutakhir yang diterima, semua mamalia termasuk ke dalam salah satu dari tiga kelompok dasar: plasental, marsupial, dan monotrem. Evolusionis menganggap pembedaan ini terjadi ketika mamalia kali pertama muncul, dan bahwa setiap kelompok menjalani sejarah evolusinya masing-masing yang sepenuhnya saling lepas. Tetapi, yang menarik adalah adanya "pasangan-pasangan" pada plasental dan marsupial yang hampir sama. Serigala, kucing, bajing, trenggiling, tikus tanah, dan tikus kecil plasental semuanya bermitra marsupial dengan morfologi yang amat mirip. 283

Dengan kata lain, menurut teori evolusi, mutasi yang sepenuhnya saling lepas pasti telah menghasilkan makhluk-makhluk ini "secara kebetulan" dua kali! Keniscayaan ini adalah sebuah pertanyaan yang menghadirkan masalah bagi evolusionis yang lebih buruk daripada sakit kepala.
Dimulai dari kangguru, semua mamalia di benua Australia termasuk ke subkelas "hewan berkantung" atau marsupialia. Menurut evolusionis, semua makhluk ini tak berkaitan evolusi dengan mamalia plasental di belahan lain bumi.

Salah satu kemiripan menarik antara mamalia plasental dan marsupial adalah antara serigala Amerika Utara dan serigala Tasmania. Yang pertama masuk kelompok plasental, yang kedua marsupial. Ahli biologi evolusi percaya bahwa kedua spesies ini bersejarah evolusi yang sama sekali berlainan. 284 (Sejak benua Australia dan pulau-pulau di sekelilingnya terpisahkan dari Gondwanaland, alias benua raksasa yang diyakini sebagai cikal-bakal Afrika, Antartika, Australia dan Amerika Selatan, hubungan antara mamalia plasental dan marsupial dianggap terputus, dan saat itu serigala belum ada). Tetapi, yang menarik adalah struktur kerangka serigala Tasmania hampir sama dengan serigala Amerika Utara. Terutama tengkorak keduanya, sebagaimana ditunjukkan pada halaman sebelah, memiliki derajat kemiripan yang luar biasa.

Kemiripan-kemiripan luar biasa dan organ-organ serupa seperti ini, yang tak bisa diterima oleh para ahli biologi evolusi sebagai contoh-contoh "homologi," menunjukkan bahwa homologi tidak membentuk petunjuk apa pun bagi tesis evolusi dari moyang bersama. Yang malah lebih menarik adalah keadaan yang persis bertolak belakang ini juga teramati pada makhluk-makhluk hidup lain. Dengan kata lain, ada makhluk-makhluk hidup yang sebagian organnya berstruktur sama sekali berbeda, walaupun dianggap sebagai kerabat dekat oleh para evolusionis. Misalnya, kebanyakan krustasea berstruktur mata "lensa bias." Hanya pada dua spesies—udang karang (lobster) dan udang— terlihat jenis mata "pantul" yang sepenuhnya berbeda. (Lihat Bab 6 Kerumitan tak Teruraikan.)

MAMALIA KEMBAR YANG MENENTANG HOMOLOGI


Kehadiran spesies "kembar" antara mamalia-mamalia marsupial dan plasental melontarkan pukulan telak terhadap pernyataan homologi. Misalnya, serigala Tasmania yang marsupial (atas) dan serigala plasental yang ditemukan di Amerika Utara saling menyerupai dengan derajat yang luar biasa. Di samping, tampak tengkorak kedua hewan yang sangat mirip ini. Kemiripan sedemikian dekat di antara keduanya, yang tak bisa dikatakan memiliki "kaitan evolusi", membantah habis pernyataan homologi.

DUA MAMALIA PUNAH TAK BERKERABAT DENGAN GIGI RAKSASA

Contoh lain kemiripan luar biasa di antara "kembaran" mamalia plasental dan marsupial adalah antara mamalia punah Smilodon (kanan) dan Thylacosmilus (kiri), keduanya pemangsa bergigi depan sangat besar. Derajat kemiripan yang tinggi pada struktur tengkorak dan gigi di antara kedua mamalia yang tidak mungkin dibangun kaitan evolusinya, menjungkalkan pandangan homologis bahwa kemiripan struktur adalah petunjuk yang mendukung evolusi.

Kebuntuan Genetis dan Embriologis dari Homologi

Penemuan yang benar-benar menjungkalkan homologi adalah organ-organ yang dianggap "homolog" hampir semuanya dikendalikan oleh kode genetis yang sangat berbeda. Seperti yang kita ketahui, teori evolusi menyarankan bahwa makhluk hidup berkembang lewat perubahan-perubahan kecil yang tak sengaja di dalam gen-gennya, dengan kata lain, mutasi. Karena alasan ini, struktur genetis makhluk hidup yang terlihat sebagai kerabat dekat evolusi seharusnya saling mirip. Dan, khususnya, organ-organ serupa seharusnya dikendalikan oleh struktur genetis serupa. Akan tetapi, ternyata para peneliti genetika telah membuat berbagai penemuan yang membantah sepenuhnya tesis evolusi ini.

Organ-organ serupa biasanya diatur oleh kode-kode genetis (DNA) yang sangat berbeda. Lebih jauh lagi, kode genetis yang mirip pada DNA makhluk-makhluk yang berbeda seringkali berkaitan dengan organ-organ yang sama sekali berlainan. Bab berjudul "The Failure of Homology" (Kegagalan Homologi) di dalam buku Michael Denton Evolution: A Theory in Crisis memberikan sejumlah contoh, dan merangkum masalah ini sebagai berikut:

Struktur-struktur homolog seringkali ditentukan oleh sistem-sistem genetis yang tak homolog dan konsep homologi jarang bisa direntang mundur ke embriologi. 285

Masalah genetis ini juga telah diangkat oleh seorang ahli biologi evolusi terkenal, Gavin de Beer. Di dalam bukunya Homology: An Unsolved Problem (Homologi: Sebuah Masalah yang tak Terpecahkan), yang diterbitkan pada tahun 1971, de Beer mengajukan analisis yang sangat luas terhadap masalah ini. Ia meringkaskan mengapa homologi itu sebuah masalah bagi teori evolusi sebagai berikut:

Mekanisme seperti apakah yang bisa menghasilkan organ-organ homolog, ‘pola-pola’ yang sama, sekalipun tidak dikendalikan oleh gen-gen yang sama? Saya mengajukan pertanyaan ini di tahun 1938, dan belum terjawab. 286

Meskipun telah 30 tahun berlalu sejak de Beer menuliskannya, kata-kata itu masih belum menerima jawaban.

Bukti ketiga yang melemahkan pernyataan homologi adalah masalah perkembangan embriologis, yang kami sebutkan di muka. Supaya tesis evolusi tentang homologi dipandang dengan sungguh-sungguh, masa perkembangan embriologis struktur-struktur yang serupa—dengan kata lain, tahap-tahap perkembangan dalam telur atau rahim sang induk—harus bersamaan, yang pada kenyataannya, masa embriologis bagi struktur-struktur yang mirip ini amat berbeda pada tiap makhluk hidup. Pere Alberch, seorang ahli biologi perkembangan yang cemerlang, mencatat bahwa "struktur-struktur homolog terbentuk dari keadaan-keadaan awal yang berbeda jauh" adalah "lebih menjadi kaidah daripada perkecualian" 287

Kemunculan struktur-struktur yang mirip sebagai hasil proses-proses yang sama sekali berbeda ini sering terlihat pada tahap-tahap lanjutan dari masa perkembangan. Seperti yang kita ketahui, banyak spesies hewan mengalami tahap yang disebut "perkembangan tak langsung" (dengan kata lain, tahap larva), dalam perjalanan menuju kematangan. Misalnya, sebagian besar katak memulai kehidupannya sebagai berudu yang berenang dan berubah menjadi hewan berkaki empat pada tahap akhir metamorfosis. Namun, bersama dengan ini, ada beberapa spesies katak yang mengabaikan tahap larva dan berkembang langsung. Tetapi, individu dewasa spesies-spesies yang berkembang langsung ini hampir tak bisa dibedakan dengan yang mengalami tahap berudu. Gejala yang sama terlihat pada berangan air dan spesies serupa lainnya. 288

Sebagai kesimpulan, kita bisa mengatakan bahwa penelitian genetis dan embriologis telah membuktikan bahwa konsep homologi yang diartikan Darwin sebagai "petunjuk evolusi makhluk hidup dari moyang bersama" tidak dapat dengan cara apa pun dipandang sebagai petunjuk. Ketakserasian homologi, yang tampak amat meyakinkan di permukaan, sangat jelas tersingkap ketika dipelajari lebih dalam.

Fakta bahwa hampir semua vertebrata darat berstruktur tulang lima jari (pentadaktil) pada tangan dan kakinya telah bertahun-tahun disajikan sebagai "petunjuk kuat bagi Darwinisme" dalam penerbitan-penerbitan evolusionis. Akan tetapi, penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa struktur tulang ini diatur oleh gen-gen yang amat berbeda. Karena alasan ini, anggapan "homologi pentadaktilisme" telah runtuh.

Kejatuhan Homologi di Kaki Tetrapoda

Kita telah memeriksa pernyataan morfologis dari homologi—dengan kata lain, ketaksahihan pernyataan evolusionis yang didasarkan pada kesamaan bentuk pada makhluk-makhluk hidup—namun mempelajari satu contoh terkenal masalah ini sedikit lebih dalam akan sangat bermanfaat. Yakni, "kaki depan dan belakang tetrapoda (hewan berkaki empat)," yang disajikan sebagai bukti terang homologi dalam hampir setiap buku evolusi.

Hewan berkaki empat, alias vertebrata darat, berjari lima pada kaki depan dan belakangnya. Meskipun tak selalu terlihat seperti jari tangan atau kaki, semuanya dianggap "pentadaktili" (berjari lima) sesuai dengan struktur tulangnya. Tangan dan kaki seekor katak, kadal, bajing, atau monyet semuanya berstruktur sama. Bahkan struktur tulang burung dan kelelawar sesuai dengan rancangan dasar ini.

Evolusionis menyatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari moyang bersama, dan menyebut kaki pentadaktili sebagai petunjuknya. Namun, mereka mengetahui bahwa pernyataan ini sebenarnya tak memiliki kesahihan ilmiah.

Bahkan saat ini, evolusionis menerima ciri pentadaktilisme pada makhluk-makhluk hidup yang tak mampu mereka bangun kaitan evolusinya. Misalnya, dalam dua makalah ilmiah terpisah yang terbit tahun 1991 dan 1996, ahli biologi evolusi M. Coates mengungkapkan bahwa pentadaktilisme secara terpisah muncul dua kali, masing-masing saling lepas. Menurut Coates, struktur pentadaktili muncul saling lepas pada anthracosaurus dan amfibi. 289

Penemuan ini adalah tanda bahwa pentadaktilisme bukan petunjuk bagi keberadaan "moyang bersama."

Masalah lain yang menimbulkan kesulitan bagi tesis evolusionis dalam hal ini adalah bahwa makhluk-makhluk ini berjari lima pada kaki depan dan belakang. Dalam kepustakaan evolusionis, tidak digagaskan bahwa kaki depan dan belakang berasal dari "kaki bersama," namun dianggap telah berkembang secara terpisah. Karena alasan ini, seharusnya diharapkan bahwa struktur kaki depan dan belakang berbeda, akibat mutasi-mutasi tak sengaja yang berbeda. Michael Denton mengatakan yang berikut akan hal ini:

Kaki depan semua vertebrata terbentuk menurut rancangan pentadaktili yang sama, dan ini dikatakan oleh ahli biologi evolusi sebagai menunjukkan bahwa semua makhluk diturunkan dari sumber moyang bersama. Namun, kaki belakang semua vertebrata juga sesuai dengan pola pentadaktili dan secara menyolok mirip dengan kaki bagian depan dalam hal struktur tulang dan rincian perkembangan embriologis. Namun, tak seorang pun evolusionis mengakui bahwa kaki belakang berevolusi dari kaki depan, atau bahwa kaki depan dan belakang telah berevolusi dari sumber yang sama… Pada akhirnya, sambil pengetahuan biologi berkembang, genealogi umum sebagai sebuah penjelasan bagi kemiripan ini cenderung kian melemah… Seperti demikian banyak "petunjuk" tak langsung lainnya bagi evolusi, petunjuk yang ditarik dari homologi tak meyakinkan karena melibatkan terlalu banyak perkecualian, terlalu banyak contoh yang menentang, amat terlalu banyak gejala yang sekadar tidak cocok dengan gambaran yang biasa. 290

Tetapi, pukulan sesungguhnya terhadap pernyataan evolusionis tentang homologi pentadaktilisme datang dari biologi molekuler. Anggapan "homologi pentadaktilisme," yang telah lama dipertahankan dalam terbitan-terbitan evolusionis, dijungkirbalikkan ketika diketahui bahwa struktur-struktur kaki dikendalikan oleh gen yang sama sekali berlainan pada makhluk-makhluk hidup yang memiliki struktur pentadaktili ini. Ahli biologi evolusi William Fix menggambarkan keruntuhan tesis evolusionis tentang pentadaktilisme ini sebagai berikut:

Buku-buku acuan evolusi yang lama banyak membahas gagasan homologi, menunjuk kepada kemiripan menyolok di antara kerangka kaki hewan-hewan yang berbeda. Maka, pola kaki ‘pentadaktili’ [lima tulang] ini ditemukan pada lengan manusia, sayap burung, dan sirip ikan paus, dan kemiripan ini diyakini menandakan asal usul yang sama. Kini, jika berbagai struktur ini diturunkan oleh pasangan-pasangan gen yang sama, yang berubah dari waktu ke waktu karena mutasi dan terkena seleksi lingkungan, teori akan masuk akal. Sayangnya, tidak demikian yang terjadi. Kini diketahui bahwa organ-organ homolog dihasilkan oleh kelompok-kelompok gen yang sama sekali berbeda pada spesies yang berbeda. Konsep homologi menurut kemiripan gen yang diturunkan dari moyang bersama telah hancur. 291

Pada pemeriksaan lebih dekat, William Fix mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan evolusionis tentang "homologi pentadaktilisme" muncul di buku-buku acuan lama, namun pernyataan itu ditinggalkan setelah petunjuk molekuler muncul. Namun, sayangnya, sebagian buku evolusionis masih terus mengajukannya sebagai petunjuk utama bagi evolusi.

Ketaksahihan Homologi Molekuler

Pengajuan homologi sebagai petunjuk bagi evolusi oleh para evolusionis tidak sahih bukan hanya di tingkat morfologis, namun juga molekuler. Evolusionis mengatakan bahwa kode-kode DNA, atau struktur-struktur protein yang terkait, dari spesies-spesies hidup yang berbeda adalah mirip, dan bahwa kemiripan ini merupakan petunjuk bahwa spesies-spesies ini telah berevolusi dari moyang bersama, atau berevolusi dari satu ke yang lain. Misalnya, sering diutarakan dalam kepustakaan evolusionis bahwa "ada kemiripan yang besar antara DNA manusia dengan kera," dan kesamaan ini dijadikan petunjuk bagi pernyataan evolusionis bahwa ada suatu kaitan evolusi antara manusia dan kera.

Kita harus menjernihkan sedari awal bahwa bukan kejutan jika makhluk-makhluk hidup di bumi mesti berstruktur DNA yang sangat mirip. Proses-proses kehidupan dasar makhluk-makhluk hidup adalah sama, dan karena memiliki tubuh yang hidup, manusia tak bisa diharapkan berstruktur DNA yang berbeda dari makhluk lain. Seperti makhluk-makhluk hidup lain, manusia tumbuh dengan makan karbohidrat, lemak, dan protein, oksigen beredar melalui darah di dalam tubuhnya, dan tenaga dihasilkan setiap detik di setiap sel tubuhnya akibat penggunaan oksigen ini.

Karena alasan ini, fakta bahwa makhluk-makhluk hidup memiliki kesamaan genetis bukan bukti pernyataan evolusionis bahwa mereka telah berevolusi dari moyang bersama. Jika ingin membuktikan teori evolusi dari moyang bersama, evolusionis harus menunjukkan bahwa makhluk-makhluk yang disangka sebagai moyang bersama masing-masing memiliki garis keturunan langsung dalam struktur molekulernya; Akan tetapi, nyatanya, seperti yang akan segera kita pelajari, tiada penemuan nyata yang menunjukkan hal seperti itu.

Pertama-tama, mari kita tangani masalah "kemiripan antara DNA manusia dan simpanse." Penelitian terbaru dalam masalah ini telah mengungkapkan bahwa propaganda evolusionis tentang "98%" atau "99%" kesamaan antara manusia dan simpanse sama sekali keliru.

Jika penelitian yang sedikit lebih luas tentang hal ini dilakukan, dapat dilihat bahwa DNA makhluk-makhluk yang jauh lebih mengherankan mirip dengan manusia. Salah satu kemiripan ini adalah antara manusia dan cacing-cacing dari filum nematoda. Misalnya, analisis genetis yang diterbitkan majalah New Scientist telah mengungkapkan bahwa "hampir 75% gen manusia memiliki kesamaan dengan nematoda—cacing-cacing tanah yang panjangnya beberapa milimeter." 292 Ini tentunya bukan berarti bahwa hanya ada 25% pebedaan antara manusia dan cacing-cacing itu! Menurut pohon kekerabatan yang dibuat oleh evolusionis, filum Chordata, yang manusia termasuk di dalamnya, dan filum Nematoda sudah berbeda bahkan sejak 530 juta tahun yang lalu.

Keadaan ini dengan jelas mengungkapkan bahwa kesamaan antara rantai-rantai DNA dua kelompok kehidupan ini bukanlah petunjuk bagi pernyataan bahwa makhluk-makhluk ini berevolusi dari moyang bersama.

DONGENG KEMIRIPAN MANUSIA-SIMPANSE TELAH MATI

Dalam waktu yang cukup lama, kalangan evolusionis telah menyebarkan tesis yang tak terbukti bahwa antara manusia dan simpanse, ada perbedaan genetis yang sangat kecil. Dalam setiap pustaka evolusionis, Anda dapat membaca kalimat-kalimat semacam "kita 99 persen mirip simpanse" atau "hanya satu persen DNA yang menjadikan kita manusia." Meskipun tiada pembandingan yang meyakinkan antara genom-genom manusia dan simpanse telah dilakukan, pemikiran Darwinis telah mendorong mereka beranggapan bahwa hanya ada sedikit perbedaan di antara kedua spesies.

Sebuah penelitian pada Oktober 2002 mengungkapkan bahwa propaganda evolusionis dalam hal ini, seperti hal-hal yang lain, keliru sama sekali. Manusia dan simpanse tak "mirip 99%" seperti yang didongengkan oleh para evolusionis. Kesamaan genetis tak lebih dari 95%. Sebuah kisah berita yang dilaporkan oleh CNN.com, berjudul "Humans, chimps more different than thought" (Manusia, simpanse lebih berbeda daripada yang disangka)," menuturkan yang berikut:
Antara manusia dan simpanse, ada lebih banyak perbedaan daripada yang pernah diyakini, menurut sebuah penelitian genetis terbaru.

Para ahli biologi telah lama berpandangan bahwa gen-gen simpanse dan manusia sama sekitar 98,5 persen. Tetapi Roy Britten, seorang ahli biologi pada California Institute of Technology, mengatakan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan minggu ini bahwa suatu cara baru pembandingan gen menunjukkan kesamaan genetis antara manusia dan simpanse hanya sekitar 95 persen.

Britten melakukannya dengan sebuah program komputer yang membandingkan 780 ribu dari 3 miliar pasang basa dalam heliks DNA manusia dengan yang dari simpanse. Ia menemukan lebih banyak perbedaan daripada para peneliti sebelumnya, dan menyimpulkan bahwa setidaknya 3,9 persen basa DNA berbeda.

Ini membawanya ke kesimpulan bahwa ada perbedaan genetis mendasar di antara kedua spesies kira-kira 5 persen. 1

New Scientist, sebuah majalah ilmiah terkemuka dan pendukung kuat Darwinisme, melaporkan yang berikut tentang hal itu dalam sebuah artikel berjudul "Human-chimp DNA difference trebled" (Perbedaan DNA manusia-simpanse berlipat tiga):
Kita lebih unik daripada yang sebelumnya kita pikir, menurut pembandingan baru DNA manusia dan simpanse. Telah lama disangka bahwa kita memiliki 98,5 persen bahan genetik yang sama dengan kerabat terdekat kita. Kini, agaknya hal itu keliru. Ternyata, kita berbagi kurang dari 95 persen bahan genetik, suatu kenaikan berlipat tiga dalam perbedaan di antara kita dan simpanse. 2

Ahli biologi Roy Britten dan para evolusionis lain terus mencoba mengkaji hasil ini menurut teori evolusi, tetapi sebenarnya tiada alasan ilmiah melakukannya. Teori evolusi tidak disokong baik oleh catatan fosil maupun data genetis atau biokimiawi. Sebaliknya, petunjuk-petunjuk memperlihatkan bahwa beraneka bentuk kehidupan muncul tiba-tiba di bumi tanpa adanya moyang evolusi dan bahwa sistem-sistem rumit kehidupan membuktikan keberadaan suatu "rancangan cerdas."

Nyatanya, ketika hasil-hasil analisis DNA dari spesies-spesies dan kelas-kelas berbeda dibandingkan, terlihat jelas bahwa urut-urutan DNA tidak cocok dengan pohon kekerabatan evolusionis mana pun. Menurut tesis evolusionis, makhluk hidup pastilah mengalami kenaikan kerumitan yang bertambah, dan, bersamaan dengan itu, dapat diharapkan bahwa jumlah gen yang menyusun data genetisnya juga perlahan-lahan meningkat. Namun, data yang diperoleh menunjukkan bahwa tesis ini hasil berkhayal.

Ilmuwan Rusia Theodosius Dobzhansky, seorang ahli teori evolusi paling terkenal, sekali waktu menyatakan bahwa hubungan yang tidak beraturan antara makhluk hidup dan DNAnya merupakan sebuah masalah besar yang tak bisa dijelaskan evolusi:

Organisme yang lebih rumit biasanya memiliki lebih banyak DNA per sel daripada organisme sederhana, namun, kaidah ini memiliki pengecualian yang menyolok. Manusia tidak berada di puncak daftar, karena diungguli oleh Amphiuma (sejenis amfibi), Protopterus (sejenis ikan berparu), dan bahkan katak atau kodok biasa. Mengapa ini harus demikian telah lama menjadi teka-teki. 293

Pembandingan jumlah kromosom dan struktur DNA menunjukkan bahwa tiada kaitan evolusi di antara spesies hidup yang berbeda.

Pembandingan-pembandingan lain di tingkat molekuler menghasilkan contoh-contoh lain ketakserasian yang membuat pandangan evolusionis kehilangan makna. Ketika benang protein berbagai makhluk hidup dianalisis di laboratorium, hasil-hasil yang muncul sama sekali di luar dugaan dari sudut pandang evolusionis, dan beberapa di antaranya benar-benar mencengangkan. Misalnya, protein sitokrom-C pada manusia berbeda 14 asam amino dari kuda, namun hanya 8 dari kangguru. Ketika untai yang sama diteliti, kura-kura terlihat lebih dekat ke manusia daripada ke reptil seperti ular derik. Ketika keadaan ini diamati dari sudut pandang evolusionis, hasil yang tanpa makna akan muncul, misalnya, kura-kura lebih dekat berkerabat dengan manusia daripada dengan ular.

Misalnya, ayam dan ular laut berbeda 17 asam amino dalam 100 kodon, serta kuda dan ikan hiu sebanyak 16, lebih besar daripada antara anjing dan lalat daging, yang bahkan berlainan filum dan berbeda hanya 15 asam amino.

Fakta-fakta serupa telah ditemukan tentang hemoglobin. Protein hemoglobin yang ditemukan pada manusia berbeda dengan yang ditemukan pada kukang sebanyak 20 asam amino, namun dengan babi hanya sebanyak 14. Keadaan ini lebih kurang sama bagi protein-protein lain. 294

Karena hal ini terjadi, para evolusionis seharusnya sampai kepada kesimpulan bahwa, menurut evolusi, manusia lebih berkerabat dengan kangguru daripada kuda, atau dengan babi daripada kukang. Namun, hasil-hasil ini bertentangan dengan semua rencana "pohon kekerabatan evolusi" yang telah lama diterima. Kemiripan protein terus menghasilkan kejutan-kejutan yang mencengangkan. Misalnya:

Adrian Friday dan Martin Bishop dari Cambridge telah manganalisis data urutan protein yang tersedia dari tetrapoda… Mengejutkan mereka, pada hampir setiap kejadian, manusia (mamalia) dan ayam (burung) dipasangkan sebagai kerabat terdekat, dengan buaya sebagai yang terdekat berikutnya… 295

Lagi-lagi, ketika didekati dari sudut pandang penalaran evolusionis, kemiripan-kemiripan ini membawa kita kepada kesimpulan yang menggelikan bahwa kerabat terdekat evolusi manusia adalah ayam. Paul Erbrich menekankan fakta bahwa analisis molekuler memberikan hasil-hasil yang menunjukkan kelompok-kelompok makhluk hidup yang sangat berbeda berkerabat sangat dekat dengan cara berikut:

Protein-protein yang berstruktur dan fungsi sama (protein-protein homolog) ditemukan dengan jumlah yang kian bertambah dalam kelompok-kelompok (takson) yang berbeda secara filogenetis, bahkan sangat mudah dibedakan (misalnya, hemoglobin pada vertebrata, pada beberapa invertebrata, dan bahkan pada tetumbuhan tertentu). 296

Dr. Christian Schwabe, seorang peneliti biokimia dari Fakultas Kedokteran University of South Carolina, adalah seorang ilmuwan yang menghabiskan bertahun-tahun mencoba menemukan petunjuk bagi evolusi di bidang molekul. Pertama, ia mencoba membangun kaitan evolusi di antara makhluk-makhluk hidup dengan melakukan penelitian pada protein seperti insulin dan relaksin. Namun, Schwabe beberapa kali terpaksa mengakui bahwa ia tidak mampu menemukan petunjuk apa pun bagi evolusi dalam penelitiannya. Ia mengatakan yang berikut ini dalam sebuah artikel majalah Science:

Evolusi molekuler akan diterima sebagai cara yang lebih unggul daripada paleontologi bagi penemuan kaitan evolusi. Sebagai seorang evolusionis molekuler, saya seharusnya berbesar hati. Sebaliknya, rasanya risih melihat banyak pengecualian bagi kemajuan beraturan spesies sebagaimana yang ditentukan oleh homologi molekuler: nyatanya, demikian banyak sampai-sampai saya berpikir bahwa pengecualian, kejanggalan-kejanggalan, mungkin membawa pesan yang lebih penting. 297

Penelitian Schwabe pada relaksin memberikan hasil yang sangat menarik:

Berlatar belakang keanekaragaman yang tinggi di antara relaksin dari spesies-spesies yang terlihat berkerabat dekat, relaksin babi dan ikan paus persis sama. Molekul-molekul yang diambil dari tikus, marmut, manusia, dan babi sama jauhnya satu sama lain (sekitar 55%) sebagaimana juga relaksin semua ikan bertulang rawan. …Akan tetapi, insulin membawa manusia dan babi secara filogenetis lebih dekat daripada simpanse dan manusia. 298

Di tingkat molekuler, antara satu organisme dan organisme lainnya tiada hubungan "moyang", atau yang satu lebih "kuno" atau "maju" daripada yang lain.

Schwabe menghadapi kenyataan yang sama ketika membandingkan susunan protein-protein lain di samping insulin dan relaksin. Schwabe mengatakan yang berikut tentang protein-protein lain yang membentuk pengecualian-pengecualian bagi perkembangan molekuler beraturan sebagaimana yang diajukan evolusionis:

Keluarga relaksin dan insulin tak berdiri sendiri sebagai pengecualian bagi tafsiran beraturan atas evolusi molekuler menurut monofiletik yang biasa. Dianjurkan agar melihat contoh-contoh tambahan evolusi protein yang terlihat menyimpang dan memperhatikan bahwa penjelasan-penjelasan yang diperbolehkan dalam teori-teori jam molekuler mencakup serangkaian penjelasan khusus yang tampaknya dibatasi hanya oleh daya khayal. 299

Schwabe mengungkapkan bahwa pembandingan susunan lisosom, sitokrom, serta berbagai hormon dan asam amino menunjukkan "hasil yang tidak diharapkan dan penyimpangan" dari sudut pandang evolusi. Berdasarkan pada semua petunjuk ini, Schwabe bersikukuh bahwa semua protein mendapatkan bentuknya yang sekarang sedari awal, tak mengalami evolusi apa pun, dan tak ada bentuk peralihan telah ditemukan di antara molekul-molekul ini, dengan cara yang sama dengan fosil.

Tentang temuan-temuan di bidang biologi molekuler ini, Dr. Michael Denton mengulas:

Setiap kelas pada tingkat molekuler adalah unik, terpisah, dan tak terhubung dengan bentuk peralihan. Maka, molekul-molekul ini, seperti fosil, telah gagal memberikan bentuk peralihan yang pandai bersembunyi dan telah demikian lama dicari biologi evolusi… Di tingkat molekuler, tiada organisme yang "moyang" atau "sederhana" atau "maju" dibandingkan dengan kerabat-kerabatnya… Ada sedikit keraguan bahwa jika petunjuk molekuler ini tersedia seabad yang lalu… gagasan evolusi organik mungkin tak akan pernah diterima. 300

"Pohon Kehidupan" sedang Tumbang

Di tahun 1990-an, penelitian ke dalam kode-kode genetis makhluk hidup memperburuk kebingungan yang dihadapi oleh teori evolusi tentang hal ini. Dalam percobaan-percobaan ini, tidak seperti pembandingan-pembandingan sebelumnya yang dibatasi pada urutan protein, urutan "RNA ribosom" (rRNA) dibandingkan. Dari temuan-temuan ini, ilmuwan evolusionis mencoba membangun sebatang "pohon evolusi." Akan tetapi, mereka dikecewakan oleh hasil-hasilnya.

Menurut sebuah artikel tahun 1999 karangan dua ahli biologi Perancis, Hervé Philippe and Patrick Forterre, "dengan semakin banyak urutan tersedia, ternyata sebagian besar filogeni protein saling bertentangan sebagaimana pohon rRNA." 301

Di samping perbandingan rRNA, kode-kode DNA di dalam gen-gen makhluk hidup juga diperbandingkan, namun hasil-hasilnya telah berkebalikan dengan "pohon kehidupan" yang sudah dipersangkakan oleh evolusi. Para ahli biologi molekuler, James A. Lake, Ravi Jain dan Maria C. Rivera merinci hal ini dalam sebuah artikel di tahun 1999:

…Para ilmuwan mulai menganalisis beraneka ragam gen dari organisme-organisme yang berbeda dan menemukan bahwa hubungan di antara mereka bertentangan dengan pohon kehidupan evolusi yang diturunkan hanya dari analisis rRNA. 302

Baik pembandingan-pembandingan yang dilakukan pada protein, maupun pada rRNA atau gen, tidak menegaskan dasar-dasar pemikiran teori evolusi. Carl Woese, seorang ahli biologi yang ternama dari University of Illinois, mengakui bahwa konsep "filogeni" telah kehilangan arti pentingnya di hadapan temuan-temuan molekuler dengan cara berikut:

Tiada filogeni organisme yang tetap telah muncul dari berbagai filogeni protein yang dihasilkan sejauh ini. Ketidakselarasan filogenetis dapat dilihat di mana-mana pada pohon semesta, dari akar sampai ke cabang-cabang utama, di dalam dan di antara berbagai [kelompok] sampai ke susunan kelompok-kelompok utama sendiri. 303

Fakta bahwa hasil-hasil pembandingan molekuler tidak menyokong, tetapi cenderung menentang, teori evolusi juga diakui di dalam sebuah artikel berjudul "Is it Time to Uproot the Tree of Life?" (Inikah Saatnya Mencabut Pohon Kehidupan?) yang diterbitkan Science pada tahun 1999. Artikel oleh Elizabeth Pennisi ini menyatakan bahwa analisis dan pembandingan genetik yang dilakukan oleh para ahli biologi Darwinis untuk menjelaskan "pohon kehidupan" sebenarnya memberikan hasil-hasil yang bertolak belakang, dan selanjutnya dengan mengatakan bahwa "data baru sedang mengeruhkan lukisan evolusi."

Setahun yang lalu, para ahli biologi yang memeriksa urutan genom-genom yang baru dirangkaikan dari selusin lebih mikroorganisme, berpikir bahwa data ini mungkin mendukung alur-alur cerita sejarah awal kehidupan yang telah diterima. Namun, yang mereka lihat membingungkan mereka. Pembandingan genom-genom yang saat itu tersedia bukan hanya tidak menjelaskan gambaran bagaimana kelompok-kelompok utama kehidupan berevolusi, namun malah mengacaukannya. Dan sekarang, dengan tambahan delapan urutan genom mikroba di tangan, keadaan bahkan kian lebih membingungkan… Banyak ahli biologi evolusi telah berpikir bahwa mereka bisa secara kasar melihat awal kehidupan dari tiga kerajaan (kingdom) hewan… Ketika urutan lengkap DNA membuka jalan untuk membandingkan jenis-jenis lain gen, para peneliti berharap bahwa urutan-urutan ini akan sekadar menambahkan rincian ke pohon ini. Namun, "tiada yang lebih jauh dari kebenaran," kata Claire Fraser, kepala TIGR (The Institute for Genomic Research) di Rockville, Maryland. Sebaliknya, pembandingan-pembandingan telah menghasilkan banyak macam pohon kehidupan yang berbeda dari pohon rRNA dan juga saling bertentangan…304
Pembandingan-pembandingan yang telah dilakukan di antara protein, rRNA, dan gen mengungkapkan bahwa makhluk yang diduga berhubungan dekat menurut teori evolusi, sebenarnya sama sekali berbeda antara satu dan lainnya. Berbagai penelitian menyatukan kelinci dengan primata, bukannya rodensia, dan sapi dengan ikan paus, bukannya kuda.

Singkatnya, sambil biologi molekuler berkembang, konsep homologi kian kehilangan pijakan. Pembandingan-pembandingan yang telah dilakukan atas protein, rRNA, dan gen mengungkapkan bahwa makhluk-makhluk yang disangka kerabat dekat menurut teori evolusi sebenarnya sama sekali berbeda satu sama lain. Sebuah penelitian tahun 1996 menggunakan 88 urutan protein mengelompokkan kelinci ke dalam primata, bukan rodensia; analisis tahun 1998 terhadap 13 gen pada 19 spesies hewan menempatkan bulu babi ke dalam Chordata; dan penelitian lain di tahun 1998 pada 12 protein menempatkan sapi lebih dekat ke ikan paus daripada kuda.

Sambil kehidupan diselidiki pada taraf molekul, hipotesis homologi teori evolusi runtuh satu persatu. Ahli biologi molekuler, Jonathan Wells, menyimpulkan keadaan ini pada tahun 2000 sebagai berikut:

Ketakseragaman di antara pohon-pohon [kehidupan] menurut pelbagai molekul, dan pohon-pohon ganjil yang dihasilkan sejumlah analisis molekuler, telah menceburkan filogeni molekuler ke dalam krisis. 305

Tetapi, dalam hal itu, penjelasan ilmiah seperti apakah yang bisa diberikan bagi struktur-struktur yang mirip pada makhluk-makhluk hidup? Jawaban pertanyaan itu telah diberikan sebelum teori evolusi Darwin muncul menguasai dunia ilmu pengetahuan. Tokoh ilmu pengetahuan seperti Carl Linnaeus dan Richard Owen, yang kali pertama mengangkat masalah organ-organ yang mirip pada makhluk-makhluk hidup, melihat organ-organ ini sebagai contoh-contoh "rancangan bersama." Dengan kata lain, organ-organ yang mirip atau gen-gen yang mirip bukanlah karena telah berevolusi secara kebetulan dari satu moyang bersama, tetapi karena telah sengaja dirancang untuk melakukan fungsi-fungsi khusus.

Penemuan-penemuan ilmiah mutakhir menunjukkan pernyataan bahwa kemiripan pada makhluk hidup disebabkan pewarisan dari "moyang bersama" tidak sahih, dan satu-satunya penjelasan yang masuk akal bagi kemiripan-kemiripan itu adalah "rancangan bersama."

selengkapnya baca di http://www.harunyahya.com/indo/buku/menyanggah10.htm

-------------------------------------------------------------

282 Frank Salisbury, "Doubts About the Modern Synthetic Theory of Evolution," American Biology Teacher, September 1971, h. 338. (tanda penegasan ditambahkan)
283 Dean H. Kenyon, Percival Davis, Of Pandas and People: The Central Question of Biological Origins, Haughton Publishing, Dallas, 1993, h. 33.
284 Dean H. Kenyon, Percival Davis, Of Pandas and People: The Central Question of Biological Origins, Haughton Publishing, Dallas, 1993, h. 117.
285 Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis, Burnett Books, London, 1985, h. 145.
286 Gavin De Beer, Homology: An Unsolved Problem, Oxford University Press, London, 1971, h. 16.
287 Pere Alberch, "Problems with the Interpretation of Developmental Sequences," Systematic Zoology, 1985, vol. 34 (1), h. 46-58.
288 Raff, Rudolf A., The Shape of Life: Genes, Development, and the Evolution of Animal Form, The University of Chicago Press, Chicago, 1996.
289 Coates M., "New paleontological contributions to limb ontogeny and phylogeny," In: J. R. Hinchcliffe (ed.), Developmental Patterning of the Vertebrate Limb, Plenum Press, New York, 1991, 325-337; Coates M. I., The Devonian tetrapod Acanthostega gunnari Jarvik: postcranial anatomy, basal tetrapod interrelationships and patterns of skeletal evolution, transactions of the Royal Society of Edinburgh, 1996, vol. 87, h. 363-421.
290 Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis, Adler & Adler, Bethesda, MA, 1985, h. 151, 154. (tanda penegasan ditambahkan)
291 William Fix, The Bone Peddlers: Selling Evolution, Macmillan Publishing Co., New York, 1984, h. 189. (tanda penegasan ditambahkan)
292 Karen Hopkin, "The Greatest Apes," New Scientist, vol. 62, issue 2186, 15 Mei 1999, h. 27.
293 Theodosius Dobzhansky, Genetics of the Evolutionary Process, Columbia University Press, New York & London, 1970, h. 17-18.
294 Pierre Paul Grassé, Evolution of Living Organisms, Academic Press, New York, 1977, h. 194.
295 Mike Benton, "Is a Dog More Like Lizard or a Chicken?," New Scientist, vol. 103, 16 Agustus 1984, h. 19. (tanda penegasan ditambahkan)
296 Paul Erbrich, "On the Probability of the Emergence of a Protein with a Particular Function," Acta Biotheoretica, vol. 34, 1985, h. 53.
297 Christian Schwabe, "On the Validity of Molecular Evolution," Trends in Biochemical Sciences, vol. 11, Juli 1986, h. 280. (tanda penegasan ditambahkan)
298 Christian Schwabe, "Theoretical Limitations of Molecular Phylogenetics and the Evolution of Relaxins," Comparative Biochemical Physiology, vol. 107B, 1974, h.171-172. (tanda penegasan ditambahkan)
299 Christian Schwabe and Gregory W. Warr, "A Polyphyletic View of Evolution," Perspectives in Biology and Medicine, vol. 27, Spring 1984, h. 473. (tanda penegasan ditambahkan)
300 Michael Denton, Evolution: A Theory in Crisis, Burnett Books, London, 1985, h. 290-291. (tanda penegasan ditambahkan)
301 Hervé Philippe and Patrick Forterre, "The Rooting of the Universal Tree of Life is Not Reliable," Journal of Molecular Evolution, vol 49, 1999, h. 510.
302 James Lake, Ravi Jain ve Maria Rivera, "Mix and Match in the Tree of Life," Science, vol. 283, 1999, h. 2027.
303 Carl Woese, "The Universel Ancestor," Proceedings of the National Academy of Sciences, USA, 95, (1998) h. 6854.
304 Elizabeth Pennisi, "Is It Time to Uproot the Tree of Life?" Science, vol. 284, no. 5418, 21 Mei 1999, h. 1305.
305 Jonathan Wells, Icons of Evolution, Regnery Publishing, 2000, h. 51..

Read more...

03 February 2009

anda wakil siapa?

03 Februari 2009, 06:26:00 - M. NUZULUL ARIFIN, MOJOKERTO

atas nama demokrasi
rakyat ditinggal di belakang

atas nama demokrasi
seseorang merangsek maju ke depan untuk...
menasbihkan diri sebagai calon pemimpin

atas nama demokrasi
uang rakyat dihambur-hamburkan
demi sang calon pemimpin yang merangsek untuk...
menasbihkan diri maju ke depan


terus dengan mulut menyeringai
sambil liur nafsu menguasai menetes
sesekali meminum peluh rakyat
saat dahaga kekuasaan menyergap

wahai sang calon pemimpin
yang mengatasnamakan rakyat dan demokrasi
sehingga tanggalkan nurani
karena nafsu kekuasaan begitu memuncak

kami rakyat yang katanya kau wakili
begitu muak dengan segala perilakumu

sebab kami sebenarnya juga tak mengerti
kamu itu maunya apa sih...?
rakyat gang berapa sih yang mau kamu pimpin?
dengan segala perilakumu yang begitu menyebalkan
begitu memuakkan

sementara...

di belakang rakyat ditinggal
atas nama demokrasi

salam: SATU HATI, BERSIH KORUPSI

Read more...

untuk kpu/kpud

31 Januari 2009, 09:34:59 - M. NUZULUL ARIFIN, MOJOKERTO

untuk kpu/kpud

betapa bijaksananya anda jika buat aturan tentang pemasangan atribut kampanye. bila dapat dipasang di satu tempat saja.

berapa juta orang menggerutu masalah kumuhnya jalanan, bangunan atau fasilitas umum yang dipasangi atribut kampanye liar. berapa milyar/trilyun retribusi yang harusnya masuk ke negara yang tidak terpungut?


inikah wajah demokrasi?. demokrasi 'lusuh' diiringi janji-janji yang menebar di sepanjang jalan yang dipenuhi lobang. lobang akibat proyek pengaspalan setengah hati. sebab hati yang separuhnya dibayarkan untuk biaya birokrasi.

inikah wajah 'plastik' yang ditawarkan murah meriah untuk rakyat. wajah yang entah berapa ratus orang pernah bertemu pemilik wajah. diiringi senyum menyeringai sembunyikan taring kecilnya.

tapi
inilah indonesia. kalau tidak menciptakan masalah. hidup akan terasa hambar. kurang meriah. dan pemilihan itu yang membuat ramai. bagai karnaval. yg membuat senang hati anak-anak kita.

salam: SATU HATI, BERSIH KORUPSI

Read more...

aqidah islamiyyah dan keistimewaannya

Oleh : Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd


- beginilah ruang publik yang saat ini begitu luas terbuka. sehingga permasalahan dalam beragama, antara satu agama dengan yang lainpun kadang saling mengomentari. munculnya berbagai aliran sesat yang mendompleng agama Islam-pun, 'para pengamat' kehidupan beragama saling berkomentar. mengatasnamakan pegiat lintas agama, yang notabene bukan ahli hukum Islam. berkomentar tentang hukum Islam.

- oleh karena itu ada baiknya sedikit kita belajar tentang bagaimana sebenarnya sih Islam sebagai satu agama samawi terakhir yang 'dijamin' oleh Alloh sebagai satu-satunya agama yang diakui kemurniannya oleh Alloh lewat perintahNya dalam al-Qur'an al-Karim.

Definisi Aqidah Menurut Bahasa

Kata “aqidah” diambil dari kata al-‘aqdu, yakni ikatan dan tarikan yang kuat. Ia juga berarti pemantapan, penetapan, kait-mengait, tempel-menempel, dan penguatan.
Perjanjian dan penegasan sumpah juga disebut ‘aqdu. Jual-beli pun disebut ‘aqdu, karena ada keterikatan antara penjual dan pembeli dengan ‘aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga sebutan ‘aqdu untuk kedua ujung baju, karena keduanya saling terikat. Juga termasuk sebutan ‘aqdu untuk ikatan kain sarung, karena diikat dengan mantap.[1]

 

Definisi Aqidah Menurut Istilah Umum

Istilah “aqidah” di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah.
Jika keputusan pikiran yang mantap itu benar, maka itulah yang disebut aqidah yang benar, seperti keyakinan umat Islam tentang ke-Esa-an Allah. Dan jika salah, maka itulah yang disebut aqidah yang batil, seperti keyakinan umat Nashrani bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum tuhan (trinitas).
Istilah “aqidah” juga digunakan untuk menyebut kepercayaan yang mantap dan keputusan tegas yang tidak bisa dihinggapi kebimbangan. Yaitu apa-apa yang dipercayai oleh seseorang, diikat kuat oleh sanubarinya, dan dijadikannya sebagai madzhab atau agama yang dianutnya, tanpa melihat benar atau tidaknya.[2]
Aqidah Islam.
Yaitu, kepercayaan yang mantap kepada Allah, para Malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir, qadar yang baik dan yang buruk, serta seluruh muatan Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah Ash-Shahihah berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan berita-beritanya, serta apa saja yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih (ijma’), dan kepasrahan total kepada Allah Ta’ala dalam hal keputusan hukum, perintah, takdir, maupun syara’, serta ketundukan kepada Rasulullah r dengan cara mematuhinya, menerima keputusan hukumnya dan mengikutinya.[3]
Topik-Topik Ilmu Aqidah.
Dengan pengertian menurut Ahli Sunnah wal Jama’ah di atas, maka “aqidah” adalah sebutan bagi sebuah disiplin ilmu yang dipelajari dan meliputi aspek-aspek tauhid, iman, Islam, perkara-perkara ghaib, nubuwwat (kenabian), takdir, berita (kisah-kisah), pokok-pokok hukum yang qath’iy (pasti), dan masalah-masalah aqidah yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih, wala’ (loyalitas) dan bara’ (berlepas diri), serta hal-hal yang wajib dilakukan terhadap para sahabat dan ummul mukminin (istri-istri Rasulullah r).
Dan termasuk di dalamnya adalah penolakan terhadap orang-orang kafir, para Ahli bid’ah, orang-orang yang suka mengikuti hawa nafsu, dan seluruh agama, golongan, ataupun madzhab yang merusak, aliran yang sesat, serta sikap terhadap mereka, dan pokok-pokok bahasan aqidah lainnya.[4]
Nama-Nama Ilmu Aqidah
Pertama: Nama-Nama Ilmu Aqidah Menurut Ahli Sunnah wal Jama’ah[5]
Ilmu aqidah menurut Ahli Sunnah wal Jama’ah memiliki beberapa nama dan sebutan yang menunjukkan pengertian yang sama. Antara lain:
Aqidah, I’tiqad, dan Aqo’id.
Maka disebut Aqidah Salaf, Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, dan Aqidah Ahli Hadis.
Kitab-kitab yang menyebutkan nama ini adalah :
1)     Syarh Ushul I’tiqad Ahli Sunnah wal Jama’ah karya Al-Lalika’iy (wafat:418 H)
2)     Aqidah As-Salaf Ashab Al-Hadits karya Ash-Shobuni (wafat:449 H)
3)     Al-I’tiqad karya Al-Baihaqi (wafat:458 H).
Tauhid.
Kata “tauhid” adalah bentuk mashdar dari kata wahhada – yuwahhidu – tauhiid. Artinya: menjadikan sesuatu menjadi satu. Jadi “tauhid” menurut bahasa adalah memutuskan bahwa sesuatu itu satu. Menurut istilah, “tauhid” berarti meng-Esa-kan Allah dan menunggalkan-Nya sebagai satu-satunya Dzat pemilik rububiyah, uluhiyah, asma’, dan sifat.Ilmu Aqidah disebut Tauhid karena tauhid adalah pembahasan utamanya, sebagai bentuk generalisasi.
Kitab-kitab aqidah yang menyebut nama ini adalah kitab :
1)     At-Tauhid min Shahih Al-Bukhari yang terdapat di dalam Al-Jami’ Ash-Shahih karya Imam Bukhari (wafat: 256 H)
2)      I’tiqad At-Tauhid karya Abu Abdillah Muhammad Khafif (wafat: 371 H)
3)      At-Tauhid wa Ma’rifat Asma’ Allah wa Shifatihi ‘Ala Al-Ittifaq wa At-Tafarrud karya Ibnu Mandah (wafat: 395 H)
4)      At-Tauhid karya Imam Muhammad bin Abdul Wahhab (wafat: 1206 H).
5)      At-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah.[6]
Sunnah.
Kata As-Sunnah di dalam bahasa Arab berarti cara dan jalan hidup.
Sedangkan di dalam pemahaman syara’, istilah As-Sunnah dipakai untuk menyebut beberapa pengertian menurut masing-masing penggunaannya. Ia dipakai untuk menyebut Hadis, mubah, dan sebagainya.
Alasan penyebutan Ilmu Aqidah dengan Sunnah adalah karena para penganutnya mengikuti Sunnah Nabi r dan sahabat-sahabatnya. Kemudian sebutan itu menjadi syiar (simbol) bagi Ahli Sunnah. Sehingga dikatakan bahwa Sunnah adalah antonim (lawan kata) bid’ah. Juga dikatakan: Ahli Sunnah dan Syi’ah.
Demikianlah. Banyak ulama menulis kitab-kitab tentang Ilmu Aqidah dengan judul “Kitab As-Sunnah”. Di antaranya:
1)     Kitab As-Sunnah karya Imam Ahmad bin Hambal (wafat:241 H)
2)     As-Sunnah karya Al-Atsram (wafat:273 H)
3)     As-Sunnah karya Abu Daud (wafat:275 H)
4)     As-Sunnah karya Abu Ashim (wafat:287 H)
5)     As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad bin Hambal (wafat:290 H)
6)     As-Sunnah karya Al-Khallal (wafat:311 H)
7)     As-Sunnah karya Al-Assal (wafat:349 H)
8)     Syarh As-Sunnah karya Ibnu Abi Zamnin (wafat:399 H)
Syari’ah.
Syari’ah dan Syir’ah adalah agama yang ditetapkan dan diperintahkan oleh Allah, seperti puasa, shalat, haji, dan zakat. Kata syari’ah adalah turunan (musytaq) dari kata syir’ah yang berarti pantai (tepi laut). Allah Ta’ala berfirman, “Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan syir’ah dan minhaj.” (QS. Al-Maidah:48)
Di dalam tafsir ayat ini dikatakan: Syir’ah adalah agama, sedangkan minhaj adalah jalan.[7] Jadi “syari’ah” adalah sunnah-sunnah petunjuk yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya r. Dan yang paling besar adalah masalah-masalah aqidah dan keimanan.
Kata “syari’ah” –seperti halnya kata “sunnah”- digunakan untuk menyebut sejumlah makna:
a.        Digunakan untuk menyebut apa yang diturunkan oleh Allah kepada para Nabi-Nya, baik yang bersifat ilmiah (kognitif) maupun amaliyah (aplikatif).
b.        Digunakan untuk menyebut hukum-hukum yang diberikan oleh Allah kepada masing-masing Nabi agar diberlakukan secara khusus bagi masing-masing umatnya yang berbeda dengan dakwah Nabi lain, meliputi minhaj, rincian ibadah, dan muamalah. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa semua agama itu asalnya adalah satu, sedangkan syariatnya bermacam-macam.
c.        Terkadang juga digunakan untuk menyebut pokok-pokok keyakinan, ketaatan, dan kebajikan yang ditetapkan oleh Allah bagi seluruh Rasul-Nya, yang tidak ada perbedaan antara Nabi yang satu dengan Nabi lainnya. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala,
“Dia  telah  mensyariatkan  bagi  kamu  tentang  agama apa-apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan  kepada Ibrahim, Musa dan Isa.” (QS. Asy-Syuura:13)
d.        Dan secara khusus digunakan untuk menyebut aqidah-aqidah yang diyakini oleh Ahli Sunnah sebagai bagian dari iman. Sehingga mereka menyebut pokok-pokok keyakinan mereka dengan istilah “syari’ah”.
Iman.
Istilah “iman” digunakan untuk menyebut Ilmu Aqidah dan meliputi seluruh masalah I’tiqadiyah. Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa yang kafir terhadap iman, maka terhapuslah (pahala) amalnya.” (QS. Al-Maidah:5) Kata “iman” di sini berarti tauhid.[8]
Kitab-kitab aqidah yang ditulis dengan judul “iman” adalah :
1)     Al-Iman karya Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam
2)     Al-Iman karya Ibnu Mandah.
Ushuluddin atau Ushuluddiyanah.
Ushuluddin (pokok-pokok agama) adalah rukun-rukun Islam, rukun-rukun iman, dan masalah-masalah I’tiqadiyah lainnya.
Kitab-kitab aqidah yang ditulis dengan nama ini adalah :
1)     Al-Ibanah fi Ushulid Diyanah karya Imam Al-Asy’ari (wafat:324 H)
2)     Ushulid Diin karya Al-Baghdadi (wafat:429 H).
Sebagian ulama mengingatkan bahwa nama ini tidak selayaknya digunakan. Karena pembagian agama menjadi ushul (pokok) dan furu’ (cabang) adalah sesuatu yang “muhdats” dan belum pernah ada pada masa Salaf. Menurut mereka, pembagian ini tidak memiliki batasan-batasan yang definitif dan bisa menimbulkan dampak negatif. Sebab, boleh jadi orang yang tidak mengerti Islam atau orang yang baru masuk Islam memiliki anggapan bahwa di dalam agama ini terdapat cabang-cabang yang bisa ditinggalkan. Atau, dikatakan bahwa di dalam agama ini ada inti dan ada kulit.
Dan sebagian ulama menyatakan, “Yang paling aman adalah dikatakan, aqidah dan syari’ah, masalah-masalah ilmiah (kognitif) dan masalah-masalah amaliyah (aplikatif), atau ilmiyat dan amaliyat.[9]
Kedua: Nama-Nama Ilmu Aqidah Menurut Selain Ahli Sunnah wal Jama’ah[10]:
Ilmu Aqidah juga memiliki sejumlah nama dan sebutan yang digunakan oleh kalangan di luar Ahli Sunnah wal Jama’ah. Antara lain:
Ilmu Kalam.
Sebutan ini dikenal di semua kalangan Ahli kalam, seperti Muktazilah, Asy’ariyah, dan sebagainya. Sebutan ini keliru, karena ilmu kalam bersumber pada akal manusia. Dan ia dibangun di atas filsafat Hindu dan Yunani. Sedangkan sumber tauhid adalah wahyu. Ilmu kalam adalah kebimbangan, kegoncangan, kebodohan dan keraguan. Karena itu ia dikecam oleh ulama Salaf. Sedangkan tauhid adalah ilmu, keyakinan, dan keimanan. Bisakah kedua hal tersebut disejajarkan? Apa lagi diberi nama seperti itu?!
Filsafat.
Istilah ini juga digunakan secara keliru untuk menyebut Ilmu Tauhid dan Aqidah. Penyebutan ini tidak bisa dibenarkan, karena filsafat bersumber pada halusinasi (asumsi yang tidak berdasar), kebatilan, tahayul, dan khurafat.
Tasawwuf.
Sebutan ini dikenal di kalangan sebagian Ahli tasawwuf, para filsuf, dan kaum orientalis. Sebutan ini adalah bid’ah, karena didasarkan pada kerancuan dan khurafat ahli tasawwuf dalam bidang aqidah.
Ilahiyat (Teologi).
Istilah ini dikenal di kalangan Ahli kalam, orientalis, dan filsuf. Sebagaimana juga disebut Ilmu Lahut. Di universitas-universitas Barat terdapat jurusan yang disebut dengan Jurusan Kajian Lahut.
Metafisika
Sebutan ini dikenal di kalangan filsuf, penulis Barat, dan sebagainya.
Setiap komunitas manusia meyakini ideologi tertentu yang mereka jalankan dan mereka sebut sebagai agama dan aqidah.
Sedangkan aqidah Islam –jika disebutkan secara mutlak- adalah aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah. Karena, Islam versi inilah yang diridhai oleh Allah untuk menjadi agama bagi hamba-hamba-Nya.
Aqidah apa pun yang bertentangan dengan aqidah Salaf tidak bisa dianggap sebagai bagian dari Islam, sekalipun dinisbatkan kepadanya. Ideologi-ideologi semacam itu harus dinisbatkan kepada pemiliknya, dan tidak ada kaitannya dengan Islam.
Sebagian peneliti menyebutnya sebagai ideologi Islam karena mengacu kepada letak geografis, histories, atau sekedar klaim afiliasi. Akan tetapi, ketika dilakukan penelitian yang mendalam, maka perlu menghadapkannya kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa-apa yang sesuai dengan keduanya adalah kebenaran dan menjadi bagian dari agama Islam, sedangkan apa-apa yang bertentangan dengan keduanya harus dikembalikan dan dinisbatkan kepada pemiliknya.
Dialihbahasakan dari Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah : Mafhumuha  Khashaishuha wa Khashaishu Ahliha karya Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd dan ditaqdim oleh al-Allamah Ibnu Bazz rahimahullahu.

[1] Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Ibnu Faris, 4/86-90, materi ‘aqada; Lisanul Arab; 3/296-300, dan Al-Qamus Al-Muhith, 383-384
[2] Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Syaikh DR. Nashir Al-Aql, hal. 9
[3] Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Syaikh DR. Nashir Al-Aql, hal. 9-10
[4] Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Syaikh DR. Nashir Al-Aql, hal. 9-10
[5] Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, Syaikh DR. Nashir Al-Aql, hal. 9-10; Mafhum Ahli Sunnah wal Jama’ah Inda Ahli Sunnah wal Jama’ah, DR. Nashir Al-Aql; Muqaddimaat fi Al-I’tiqad, Syaikh DR. Nashir Al-Qifari, hal. 5-11; artikel milik Syaikh Utsman Jum’ah Dlumairiyah di Majalah Al-Bayan, no. 54, hal. 19, dan no. 55, hal. 18
[6] Yang terakhir ini adalah tambahan dari Syaikh Abdul Aziz bin Baz
[7] Lihat Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Ibnu Faris, 3/262-263, materi syara’a, Lisanul Arab, 8/176
[8] Lihat Al-Wujuh wa An-Nadho’ir fi Al-Qur’an Al-Karim, DR. Sulaiman Al-Qar’awi, hal. 187
[9] Lihat: Tabshir Ulil Albab bi Bid’ati Taqsim Ad-Diin ila Qisyr wa Lubab karya Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Ismail Al-Muqaddam
[10] Lihat: Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah, hal.11, dan Muqaddimat fi Al-I’tiqad, hal. 4-5
1

Read more...

sponsored by

Daftar ke PayPal dan langsung menerima pembayaran kartu kredit.

  ©diotak-atik oleh -- Mas 'NUZ.